Apa jadinya jika mantan developer Call of Duty mengerjakan game bertema sihir? Immortals of Aveum adalah jawabannya.
Ketika berbincang dengan developer game Ascendant Studios yang mengerjakan game ini, pertanyaan yang muncul pertama kali adalah apakah Immortals of Aveum adalah Call of Duty tapi dengan menggunakan sihir. Jawaban dari mereka adalah tidak. Immortals of Aveum adalah sesuatu yang berbeda.
Dari versi review yang sudah saya mainkan lebih dari 10 jam, saya setuju bahwa Immortals of Aveum adalah game dengan identitasnya sendiri. Ada beberapa hal yang mungkin membuat saya merasa de javu. Tapi secara keseluruhan, game Battlemage ini menurut saya cukup memuaskan.
Selamat Datang di Aveum Battlemage!
Immortals of Aveum adalah game first-person shooter berlatar di dunia fantasi bernama Aveum dimana manusia dan sihir hidup berdampingan. Keseimbangan di dunia tersebut rusak akibat perang yang dinamakan Everwar. Dari lima Kerajaan yang ada, hanya tersisa dua yaitu Lucium dan Rasharn yang saling berseteru.
Rasharn yang dipimpin oleh Sandrakk (Steven Brand) akhirnya mampu memojokkan Lucium. Ketika dalam situasi terpojok ini, General Kirkan (Gina Torres) dari Lucium mengangkat karakter utama game ini yaitu Jak (Darren Barnet) sebagai satuan penyihir elit yang dinamakan Immortal untuk membalikkan keadaan. Jak juga tidak sendiri. Ia akan didampingi oleh Immortal lain yaitu Zendara (Lily Cowles) dan Devyn (Antonio Aakeel).
Sebagai Jak, tugas kalian adalah membantu Lucium untuk menang dari Rashran. Selama perjalanan, kalian juga akan mengetahui rahasia gelap dari Aveum yang terkubur di lubang raksasa bernama The Wound. Begitulah alur cerita dari Immortals of Aveum. Melihat ada kemiripan dengan Call of Duty? Itu wajar karena Game Director dari Immortals of Aveum, Bret Robbins adalah mantan developer Call of Duty.
Menurut saya cerita dari Immortals of Aveum sangat straightforward. Ada beberapa plot twist tapi tidak terlalu kentar. Bahkan ada yang sudah bisa ditebak dari awal.
Dari segi karakter, Jak yang diperankan oleh Darren Barnet menurut saya justru biasa saja. Justru yang menarik perhatian adalah Davyn karena sering melontarkan lelucon yang sarkastik. Interaksi keduanya dimana Davyn mencemooh Jak karena ketidaktahuannya menarik untuk disimak.
Maap Tidak Ada Side Quest
Hal lain yang menurut saya cukup mengagetkan dari Immortals of Aveum adalah game ini sama sekali tidak memiliki side quest. Padahal tema dari Immortals of Aveum adalah tentang dunia sihir. Coba lihat game lain dengan tema yang sama seperti Hogwarts Legacy dan Forspoken yang side questnya sampai luber kemana-mana.
Keuntungan dari tidak ada side quest adalah saya bisa fokus mengerjakan main quest yang artinya dapat cepat menamatkan gamenya. Namun kekurangannya adalah saya tidak bisa mengenal lebih jauh tentang Aveum. Tapi tidak perlu khawatir karena untuk lore game bisa kaliam temukan dari jurnal atau poster.
Grafis Tidak Mengecewakan
Dari segi grafis, Immortals of Aveum termasuk game dengan grafis yang memanjakan mata. Apalagi untuk ukuran game pertama dari studio baru. Dunia Aveum yang digambarkan sebagai dunia sihir terwakili dalam grafis dan visual yang ditampilkan di layar. Immortals of Aveum dibuat dengan menggunakan Unreal Engine 5. Ada banyak teknologi baru dari engine tersebut yang diimplementasikan dalam game.
Efek cahaya atau illumination adalah salah satunya. Efek ini membuat permainan menjadi lebih imersif. Misalnya ketika Jak sedang bertarung di dalam bangunan, saya bisa melihat cahaya yang masuk menerobos dari jendela. Pada momen lain dimana Jak masuk ke dalam semacam dunia pararel, saya bisa melihat aliran sihir yang melayang di udara membentuk gelombang berwarna biru. Efek tersebut membuat atmosfir “magical” dari dunia Aveum yang diciptakan oleh developer bisa saya rasakan.
Objek yang ada di dalam game juga memiliki detail yang bagus. Misalnya detail warna dari serangan sihir yang digunakan oleh Jak. Contoh lainnya adalah artifak yang digunakan oleh Jak misalnya Limpets. Detail dari Limpets ini dibuat denga detail seakan-akan objek ini merupakan artifak sihir. Siapa sangka botol kecil bisa berisi berisi cairan yang bisa membuat gerakan musuh menjadi lambat.
Detail yang paling menarik menurut saya adalah Sigil atau sarung tangan sihir. Setiap Sigil akan memiliki bentuk yang berbeda-beda dan masing-masing memiliki keunikannya sendiri. Jika dibandingkan dengan senjata api, Sigil bisa diibaratkan sebagai handgun, shotgun, dan semi-automatic rifle.
Wajah Karakter dan Ekspresinya
Bagian cutscene dari Immortals of Aveum patut diacungi jempol. Developer betul-betul meracik bagian tersebut dengan baik. Wajah dari setiap karakter yang muncul pada bagian cutscene terlihat natural dan tidak kaku. Saya bahkan bisa merasakan emosi dari karakter tersebut dengan melihat ekspresi wajahnya.
Sebagai pemimpin dari pasukan Lucium, Kirkan harus selalu tegas ketika memberikan perintah. Namun ada saatnya dimana ia terlihat ragu-ragu dan khawatir, Semua perasaan tersebut bisa saya lihat dari ekspresi wajahnya. Tentunya selain dengan teknologi, pemeran dari Kirkan sendiri yaitu Gina Torres juga perlu diapresiasi. Tanpa kemampuan aktingnya, Kirkan tidak akan bisa menjadi jenderal perang yang tangguh.
Perang Sihir Biru, Merah, dan Hijau
Jak dapat menggunakan tiga tipe sihir yaitu biru, merah, dan hijau. Ketiga tipe ini disebut sebagai Strikes yang merupakan basic attack. Sihir berwarna biru digunakan untuk serangan yang tepat sasaran atau bisa juga menciptakan perisai. Sihir berwarna merah untuk serangan destruktif dan melebar. Sedangkan sihir berwarna hijau bisa digunakan untuk memanipulasi benda atau mengejar targetnya. Ketiga jenis sihir ini bisa ditembak dengan menggunakan Sigil.
Selama permainan, pemain dapat mengganti-ganti Sigil seperti senjata api di game shooter. Pemain bisa memilih lebih nyaman menggunakan Sigil tipe mana dan disesuaikan dengan gaya bermainnya. Beberapa jenis musuh juga memiliki kelemahan dengan Sigil tertentu. Misalnya ada jenis musuh yang menggunakan sihir pelindung. Untuk merusak pelindung tersebut, kalian harus menggunakan Sigil yang menembakkan sihir biru.
Tidak berhenti sampai disitu, Immortals of Aveum masih memiliki mekanik gameplay lain. Ada Furies, serangan sihir kuat yang jika digunakan secara tepat bisa mengalahkan musuh dengan 1-hit-kill. Lalu ada Dominion yang merupakan ultimate moves, Jak akan menembakkan laser seperti Iron-Man dengan damage yang besar jika menggunakan Dominion. Baik Furies dan Dominion memiliki batas penggunaan. Jadi sihir ini harus digunakan pada momen yang tepat.
Lalu ada Controls yang menggunakan artifak seperti Limpets atau Lash, rantai sihir yang bisa menarik musuh untuk mendekat ke Jak. Terakhir adalah Augments atau sihir yang membantu pergerakan Jak. Misalnya Hover untuk melayang atau Animate untuk menggerakkan objek. Controls dan Augments tidak hanya digunakan untuk melawan musuh, tapi juga bermanuver. Karena game ini juga memiliki banyak elemen platforming
Begitu banyaknya opsi yang bisa digunakan membuat gameplay Immortals of Aveum tidak terbatas. Pemain bisa menciptakan gaya bermainnya sendiri dengan susunan sihir yang disukai. Namun kekurangannya adalah kebebasan ini kadang membuat pemain bisa merasa overwhelm seperti yang saya rasakan. Kadang saya suka merasa bingung dan tidak fokus mau menggunakan sihir yang mana ketika sedang bertarung dengan musuh.
Memiliki Sistem Progression dan Crafting
Immortals of Aveum juga memiliki sistem progression. Pemain bisa terus menaikkan level dari Jak untuk mendapatkan Ascension Point. Setiap poin yang didapat bisa digunakan untuk menguatkan sihir kalian atau mendapatkan efek baru di bagian Talent Tree. Bagian ini terdiri dari warna biru, merah, dan hijau, sesuai dengan sihir yang digunakan oleh Jak.
Ada beberapa kemampuan yang baru bisa didapat jika kalian menggunakan Ascension Point tidak hanya pada satu bagian Talent Tree saja, melainkan pada bagian lainnya juga. Jadi saran saya gunakan Ascension Points di semua bagian Talent Tree, jangan hanya fokus pada satu bagian saja. Jika salah, pemain bisa mereset ulang Talent Tree,
Immortals of Aveum juga memiliki sistem crafting. Pemain bisa membuat sendiri Sigil dan equipment lainya. Uniknya kalian tidak memerlukan bahan-bahan mentah, cukup uang dan Essence saja. Keduanya bisa kalian dapatkan dari membuka peti dan mengalahkan musuh.
Puzzle Mencocokkan Warna
Immortals of Aveum memiliki elemen puzzle. Tapi jangan berharap puzzlenya sesulit Resident Evil. Puzzle di game ini hanya sebatas mencocokkan warna. Contohnya ada pintu tertutup dengan simbol yang warnanya sama dengan salah satu sihir milik Jak. Untuk membuka pintu pemain hanya perlu mencari letak simbolnya, tembak dengan sihir sesuai dengan warnanya, dan selesai. Sederhana bukan.
Ada salah satu level dimana kalian akan bertemu dengan banyak puzzle. Puzzlenya tidak hanya sebatas mencocokkan warna, tapi lebih kreatif. Tetap saja menurut saya puzzle ini masih mudah untuk dipecahkan.
Immortals of Aveum dari Segi Teknis
Selama mencoba versi PC Immortals of Aveum, saya sama sekali tidak menemukan masalah teknis. Menurut saya Ascendant Studios melakukannya tugasnya dengan baik ketika mengerjakan versi PC Immortals of Aveum.
Spesifikasi PC yang saya gunakan untuk memainkan Immortals of Aveum adalah CPU Ryzen 7 2700X, VGA GeForce 4070, RAM 32GB plus SSD. Setting graphic display yang saya gunakan adalah high. Dari segi spesifikasi game ini tergolong tinggi dan untuk PC dengan spesifikasi kekinian. Meski begitu, selama bermain saya tidak mengalami masalah seperti frame rate drop atau crash.
Immortals of Aveum dilengkapi oleh tool Performance Budget. Melalui fitur ini pemain bisa mengatur setting dan efek apa saja yang ingin digunakan dalam game. Fitur ini juga memiliki indikator dari performa VGA dan CPU kalian. Misalnya kalian ingin memaksimalkan bagian visual tapi indikator sudah memberikan peringatan. Maka kalian bisa menurunkan bagian yang lain. Menurut saya ini adalah fitur yang sangat berguna dan sebaiknya digunakan juga oleh game PC lain.
Kesimpulan
Secara keseluruhan saya puas dengan Immortals of Aveum. Saya sama sekali tidak masalah dengan alur ceritanya yang straightforward tanpa side quest. Untuk gamer yang agak sulit fokus seperti saya, itu justru sangat membantu agar tetap mengerjakan main story. Gameplay dari Immortal Aveum yang agak chaotic tertutup dengan banyaknya variasi sihir dan efek visualnya yang luar biasa,
Hal yang menurut saya patut diberikan pujian dari Immortals of Aveum adalah pada bagian cutscene. Grafis dari wajah setiap karakter ekspresinya natural dan tidak kaku. Ditambah dengan akting yang penuh totalitas dari setiap aktor dan aktris membuat saya betah untuk tidak menskip bagian cutscene.
Jika kalian tertarik untuk mencoba Immortals of Aveum di PC, pastikan spesifikasi PC kalian sudah sesuai. Karena game ini membutuhkan spesifikasi yang cukup tinggi. Selain di PC, Immortals of Aveum juga ada di konsol PS5 dan Xbox Series.
*Game untuk review disediakan oleh publisher