Setelah terlebih dahulu menggebrak dunia PC lewat Steam pada tahun 2023, kini Troublemaker resmi hadir di Nintendo Switch sejak 31 Juli 2025. Game ini bisa kamu beli lewat toko game favorit kalian atau langsung dari Nintendo eShop. Saya berkesempatan mencicipi versi Switch-nya, terima kasih untuk Gamecom Team, Soft Source, dan indie.io.
Nah, buat kalian yang belum kenal, Gamecom Team adalah developer asal Indonesia yang berani tampil beda. Troublemaker bukan sekadar game berantem biasa, melainkan sebuah pengalaman SMA Indonesia yang di-blend dengan kekacauan ala Yakuza dan kenakalan khas Bully.
Cerita ala Sinetron, Tapi Penuh Makna
Kita berperan sebagai Budi, murid pindahan baru di SMA yang penuh konflik. Dari awal, kamu akan disambut oleh berbagai drama sekolah: mulai dari cari teman baru, menyelesaikan masalah antar geng, hingga menjaga nama baik keluarga agar tidak dikeluarkan dari sekolah. Bukan hanya jotos-jotosan aja, di sela tawuran, kamu juga harus ngerjain PR, ngedate, dan kadang malah harus push-up di mini-game.
Tujuan utama? Mendirikan geng bernama Parakacuk, bersama Rani, Zaenal, dan Boby, dan menjadikan gengmu nomor satu di sekolah.
Gameplay
Gameplay utamanya adalah beat’em-up dengan rasa lokal yang kental. Lebih dari 30 jurus unik bisa kamu kuasai, dan semua animasinya benar-benar “lebay tapi nikmat”, beneran terasa kayak nonton film silat sekolah. Bahkan skill yang kamu pakai punya nama-nama khas Indonesia seperti Sabetan Gear, Sandal Ibu dan lainnya.
Ditambah lagi item penyembuh dan stamina yang gak kalah absurd, siap-siap ketawa lihat Budi makan item macam Indomie, minum bajigur, bahkan nyeruput anggur cap orang tua buat naikin status. Total Indonesia banget, bukan cuma sekadar tempelan.
Eksplorasi Dunia Sekolah
Map-nya cukup luas untuk ukuran game indie, dan kamu bisa berinteraksi dengan cukup banyak NPC. Beberapa di antaranya bahkan nyeleneh, seperti pedagang yang gayanya mirip Merchant di Resident Evil 4, atau kucing-kucing yang bisa diajak ngobrol (iya serius, ngobrol sama kucing). Walaupun minim open-world, tapi spirit kehidupan sekolah Indonesia terasa hidup dan mengundang rasa penasaran.
Audio dan Musik
Soundtrack saat pertempuran patut diacungi jempol memompa semangat dan bikin kamu makin semangat ngasih combo. Tapi sayangnya, musik di bagian eksplorasi terasa terlalu repetitif dan kurang variatif. Buat sebagian orang, ini mungkin jadi titik minus, tapi untuk saya pribadi yang lebih fokus ke mekanik fighting, ini bukan deal breaker.
Grafis dan Performa di Switch: Jangan Terlalu Banyak Mimpi, Tapi…
Nah ini bagian yang perlu kamu tahu dari awal: grafis versi Switch ini jauh dari kata “kinclong”. Kalau kamu pemuja resolusi dan tekstur tajam, mending cari platform lain. Tapi… inilah keunggulan Switch: gameplay-nya tetap mulus, tanpa penurunan FPS yang berarti. Bahkan saat main di mode handheld, masih playable banget.
Memang tulisan di UI agak kecil saat main di handheld. Kalau matamu minus atau plus, siap-siap manyun. Tapi di mode docking, semua keluhan itu hilang.
Fitur Lokal Khas Indonesia yang Layak Diapresiasi
Satu hal yang sangat saya apresiasi dari Troublemaker: bahasa Indonesia lengkap dengan umpatan lokal yang bisa kamu aktifkan atau nonaktifkan sesuka hati. Kalau kamu nggak suka bahasa kasar, tinggal matikan di menu. Tapi jujur, buat saya, mendengar umpatan “kelas warung kopi” yang ditulis dengan cerdas dan “sopan” malah bikin game ini terasa makin real dan lucu.
Harga dan Value
Dibandingkan game sekelasnya di Switch, harga Troublemaker versi eShop termasuk cukup bersahabat. Mengingat ini adalah game lokal dengan konten padat, cerita menarik, dan replay value tinggi (terutama untuk kolektor jurus dan eksplorasi), rasanya nggak rugi buat masuk wishlist atau langsung checkout.
Kesimpulan
Walau punya keterbatasan di grafis dan musik eksplorasi, Troublemaker versi Nintendo Switch berhasil mempertahankan intisari utama game-nya: cerita yang relevan, combat yang asyik, dan sentuhan budaya lokal yang terasa tulus. Ini bukan game sempurna, tapi jelas punya jiwa dan identitas yang kuat.
Troublemaker versi Switch adalah salah satu bukti bahwa game Indonesia semakin bisa bersaing di ranah konsol internasional. Semoga sukses game ini membuka jalan bagi lebih banyak game lokal hadir di Nintendo Switch dan konsol generasi berikutnya.