Gamer pasti setuju jika bagian dari Assassin’s Creed Black Flag yang paling berkesan adalah bagian kapalnya. Untuk pertama kalinya gamer disajikan oleh gameplay dimana mereka bisa mengendarai kapal bajak laut, lengkap dengan meriam, ombak, dan juga sea shanty-nya.
Ubisoft lantas mendapatkan ide bagus. Kenapa gameplay kapal di Black Flag tidak dijadikan game sendiri. Ide ini akhirnya terealisasi dan diumumkanlah Skull and Bones. Sayangnya proses pengembangan Skull and Bones tidak seindah ketika mendapatkan idenya.
Skull and Bones telah melalui masa “development hell” yang berlangsung kurang lebih 11 tahun. Ketika gamer akhirnya sudah menerima kenyataan bahwa Skull and Bones hanyalah mitos, Ubisoft mendadak mengumumkan bahwa game ini telah selesai dikerjakan. Apalagi platform yang dituju adalah ranah next-gen. Bahkan game ini diklaim sebagai game dengan kelas quadruple A.
Sebelum rilis Skull and Bones sempat beberapa kali membuka tahap testing. Kebetulan saya pernah mengikuti tahap testing ini dan bisa merasakan Skull and Bones untuk pertama kalinya. Impresi saya pada waktu itu adalah Skull and Bones telah menjiplak formula dari Black Flag. Meskipun tidak semuanya dibawa dan juga ada beberapa hal yang baru. Sekarang saya mendapat kesempatan untuk mencoba Skull and Bones secara utuh di PC.
Bukan Ceritanya Jack Sparrow
Dari segi cerita Skull and Bones bisa dibilang mirip dengan game online kebanyakan. Alur cerita di game ini hanya sekedar menjadi “tempelan” agar pemain mau untuk terus melanjutkan progression. Karena ada beberapa hal di dalam game yang baru terbuka setelah pemain sampai pada chapter tertentu di main story campaign. Untungnya NPC di Skull and Bones semuanya memiliki suara, sehingga menambah sedikit bumbu pada segi cerita yang biasa-biasa saja.
Diceritakan pemain adalah salah satu kru dari kapten bajak laut terkenal pada masa keemasan maritim di wilayah Samudera Hindia. Karena kesombongan sang kapten, kapal yang ditumpangi pemain tenggelam akibat diserang oleh kapal lainnya. Berkat plot armor, karakter pemain bisa bertahan hidup. Pada tahap ini pemain bisa membuat karakternya sendiri dan memberikan nama. Kustomisasi karakter ini tidak terlalu in-depth.
Pemain lalu bergabung dengan kelompok survivor lain dan dipilih sebagai pemimpin. Tugas pertama pemain adalah menyempurnakan rakit untuk pergi ke tempat yang dinamakan “Surga Bajak Laut” atau Sainte-Anne.
Setiba di Saint-Anne, pemain akan “disambut” oleh salah satu Pirate Lord bernama John Scurlock. Pemain diberikan kesempatan kedua untuk bekerja dengannya sebagai kapten bajak laut yang baru. Berawal di sini, cerita dan petualanfgan pemain di dunia Skull and Bones akan dimulai.
Budaya Melayu Dimana-Mana!
Karena berlatar di Samudera Hindia, Skull and Bones akan menghadirkan sebagian dari benua Afrika dan juga dari Asia Tenggara. Indonesia kebetulan juga diadaptasi di Skull and Bones. Kalian bisa mendatangi pulau Sumatera dan Jawa. Kalian juga bisa melihat bentang alam dan bangunan ikonik yang khas dari Indonesia, seperti Gunung Krakatau dan Candi yang menyerupai Candi Borobudur.
Dunia open world yang disajikan di Skull and Bones sangat luas. Selama bermain kalian akan lebih banyak menghabiskan waktu di laut dengan menaiki kapal. Ada kalanya kalian juga bisa menggunakan karakter manusia kalian untuk berjalan di darat. Tapi tempatnya sangat terbatas. Karakter manusia kalian hanya bisa digerakkan saat berada di pelabuhan saja.
Skull and Bones juga banyak menggunakan budaya bangsa Melayu sebagai konten gamenya. Mulai dari kalimat, nama pulau dan pelabuhan, pakaian, bahkan sampai dengan sea shanty juga ada yang memakai bahasa Melayu. Saya suka tertawa dan juga bangga sendiri jika melihat ada referensi budaya Melayu di Skull and Bones. Meski bukan budaya dari Indonesia, saya tetap bangga sebagai bangsa dari Asia Tenggara melihat ada game yang menggunakan referensi budaya Melayu.
Dari Segi Grafis Ada Peningkatan Tapi Tidak Banyak
Skull and Bones dibuat untuk platform next-gen. Jadi sudah seharusnya untuk grafis harus ada peningkatan. Dari apa yang saya lihat, grafis di Skull and Bones justru tidak banyak mengalami peningkatan. Memang dari segi tekstur dan animasi, Skull and Bones terlihat lebih halus. Tapi secara keseluruhan tidak terlalu berbeda dengan Assassin’s Creed Black Flag.
Untuk bagian visual terutama untuk bagian laut, performa Ubisoft tidak mengecewakan. Ubisoft bisa membuat perjalanan mengarungi lautan dengan kapal menjadi imersif. Melihat air laut yang menghantam bagian lambung kapal sambil naik turun karena gelombang adalah salah satu kepuasan di game ini. Selain untuk having fun, menurut saya ini juga bisa dijadikan sebagai relaksasi atau terapi untuk menghilangkan stres.
Efek ray tracing juga membuat panorama di game ini menjadi enak dilihat. Ketika matahari terbit atau terbenam, kalian bisa melihat pantulan cahaya di laut secara jelas.
Game Bajak Laut Tanpa Aksi Pedang-Pedangan
Untuk gameplay kekurangan utama dari Skull and Bones adalah hilangnya peran manusia. Ketika menjarah kapal tidak ada adegan dimana para kru dan karakter pemain naik ke atas kapal musuh untuk saling serang. Kalian hanya akan disuguhi oleh cutscene jika kru kalian telah menaiki kapal musuh dan menjarah isinya. Berbeda dengan Assassin’s Creed Black Flag dimana pemain bisa menggerakkan karakternya sementara AI akan menggerakan kru kapal untuk bertarung dengan musuh.
Begitu juga ketika melakukan gathering. Secara ajaib proses gathering akan dilakukan di atas kapal dengan semacam permainan mini game, dimana pemain harus menghentikan kursor di titik yang sesuai. Anehnya beberapa lokasi di dalam game memiliki ukuran yang cukup besar dan seharunsya bisa diisi oleh banyak NPC. Tapi yang terjadi adalah lokasi ini malah kosong. Ubisoft justru menggunakannya untuk side quest mencari harta karun yang terpendam.
Hal yang sama juga terjadi ketika kalian sedang menyerang kota atau benteng. Selama permainan berlangsung kalian hanya akan mengendalikan kapal dan menghancurkan menara penjaga serta kapal musuh yang datang sambil menunggu timernya habis.
Saya tidak tahu kenapa Ubisoft mendesainnya seperti itu. Menurut saya ini justru malah membuang potensi. Seharusnya mekanik yang ada di Black Flag dimana kru kapal bisa bertarung di dek kapal musuh tetap dipertahankan. Justru Ubisoft bisa melakukan improvisasi dengan mekanik yang sudah ada ini agar game menjadi lebih menarik.
Untuk secara fitur, memang Skull and Bones memiliki kekurangan. Tapi untuk gameplay kapalnya sendiri menurut saya memuaskan. Hampir semua hal yang ada di Black Flag tetap tersedia di Skull and Bones. Satu hal yang dihilangkan dan menjadi perhatian saya adalah di Skull and Bones tidak ada lagi indikator jarak ketika menembakkan meriam. Sebagai gantinya kalian hanya akan diberikan crosshair untuk membidik.
Mengemudikan kapal di Skull and Bones juga tidak sesulit seperti di game bajak laut “sebelah”. Semuanya bisa dieksekusi dengan satu sentuhan tombol saja. Hal yang kadang sering luput oleh perhatian pemain adalah arah angin. Jika pemain berlayar sesuai dengan arah angin, maka kecepatan kapalnya juga akan semakin cepat. Tapi jika melawan angin maka akan justru memperlambat kapal. Mekanik ini mungkin kelihatannya sederhana, tapi bisa menambah rasa imersif di dalam game.
Kalian juga bisa menentukan sudut pandang saat mengendarai kapal, yaitu third person dan first person. Saya sangat menyarankan untuk menggunakan first person jika kalian ingin mendapatkan full experience sebagai kapten kapal.
Fitur Kustomisasi Kapal yang Beragam
Skull and Bones menawarkan fitur kustomisasi kapal yang menurut saya cukup lengkap. Kalian bisa memilih jenis kapal yang akan digunakan lalu mengatur senjata apa saja yang digunakan, aksesoris apa yang dipakai, baju yang dipakai oleh kru, masih banyak lagi.
Kalian bisa mempersenjatai kapal dengan berbagai jenis meriam. Mulai dari meriam jenis Culverin yang ada Pirates of the Caribbean sampai dengan torpedo bawah air yang agak mengkhayal tapi boleh juga idenya. Setiap jenis meriam juga memiliki elemen dan memberikan efek yang berbeda-beda. Misalnya meriam elemen api dapat membuat kapal musuh terbakar dan meriam dengan atribut drowning bisa membuat kapal musuh bocor dan kemasukan air. Semua jenis senjata dan aksesoris lainnya bisa dibuat dengan crafting yang bahan-bahannya didapat dari gathering.
Keunikan dari Skull and Bones adalah jenis kapal yang tersedia di dalam game. Developer mengkategorikan kapal ke dalam tiga peran yang lazimnya ada di game RPG yaitu tank, support, dan DPS. Setiap kapal juga memiliki keunggulan sesuai dengan tipenya. Misalnya jenis kapal Hulk yang adalah tipe tank memiliki health point yang lebih besar ketimbang kapal jenis lain. Total ada sembilan jenis kapal yang dibagi berdasarkan ukuran small dan medium.
Meski setiap kapal sudah memiliki peran masing-masing, saya sama sekali tidak merasakannya saat bermain baik itu saat sendirian atau ketika multiplayer. Pada akhirnya semua kapal tetap berlomba-lomba untuk memberikan damage yang besar kepada musuh tanpa mempedulikan lagi yang mana tank, support, atau DPS. Mungkin saya belum merasakannya karena belum tiba di konten endgame.
Menurut keterangan Ubisoft, pada tahap endgame pemain bisa menguasai kota dan mendapatkan jalur perdagangannya. Kota yang sudah dikuasai ini juga bisa diserang oleh pemain lain. Inilah dimana unsur PVP menonjol karena pemain akan saling bertarung untuk mempertahankan atau merebut kota yang diinginkan. Mungkin pada saat inilah peran dari setiap kapal baru akan terasa efeknya.
Selain kapal, kalian juga bisa melakukan kustomisasi pada karakter manusia kalian. Setiba di Sainte-Anne kalian bisa mengunjungi Vanity Atelier untuk mengganti pakaian, celana, topi, dan lain-lain. Kebanyakan item bisa dibeli dengan menggunakan mata uang in-game. Tapi ada juga item kosmetik premium yang harus dibeli memakai uang asli.
Main Singleplayer Bisa, Multiplayer Juga Bisa
Bermain Skull and Bones secara singleplayer tidak masalah. Tapi pada momen tertentu kalian akan tetap membutuhkan bantuan pemain lain. Misalnya ketika berhadapan dengan musuh tipe elite yang biasanya untuk quest bounty.
Jika kalian bermain bersama-sama alias multiplayer, maka sistem akan melakukan balancing. Tingkat kesulitan musuh di dalam game akan disesuaikan dengan kekuatan grup kalian. Bermain dengan grup juga lebih menguntungkan jika kalian berpartisipasi dalam world event seperti Cutthroat Cargo Hunt.
Sekedar mengingatkan, untuk memainkan Skull and Bones kalian harus selalu online. Tidak peduli kalian bermain singleplayer sekalipun. Jika tidak ada koneksi internet atau server sedang down, kalian tidak bisa memainkan game ini.
Skull and Bones Dari Segi Teknis
Saya memainkan Skull and Bones di PC. Ada dua PC yang saya gunakan yaitu PC pertama dengan spesifikasi CPU Ryzen 7 2700X, VGA GeForce RTX 4070 Ti, RAM 32GB dan SSD. PC kedua memiliki spesifikasi i5-9400F, GeForce RTX 3060, dan RAM 16GB.
Pengalaman saya menggunakan PC pertama adalah sama sekali tidak pernah mengalami masalah teknis. Untuk setting grafis yang saya pakai adalah ultra dengan penggunaan special effect seperti Ray Tracing. Sedangkan untuk PC kedua setting grafis yang saya pakai adalah medium dengan special effect yang sudah dimatikan. Hasilnya untuk kualitas grafis masih bagus meski tidak sebagus PC pertama. Karena tidak memakai SSD, PC kedua selalu mengalami loading yang lama. Bahkan beberapa kali sempat hang dan terpaksa harus di force close.
Kesimpulannya jika kalian memainkan Skull and Bones di PC, saya sangat merekomendasikan PC kalian wajib sudah memakai SSD. Untuk grafis sendiri game ini sebetulnya tidak terlalu demanding. Skull and Bones juga sudah didukung oleh fitur upscaling.
Kesimpulan
Skull and Bones menurut saya bukanlah game yang buruk, tetapi biasa saja. Ini didapat berdasarkan pengalaman saya setelah memainkan game lebih dari 20 jam.
Bagian yang paling saya nikmati di Skull and Bones adalah ketika mengendarai kapal. Mekanik yang diimplementasi oleh Ubisoft menurut saya adalah yang terbaik dari semua game bajak laut lain. Mekanik ini juga tidak terlalu rumit dan bisa dibilang cukup sederhana, tetapi mampu membuat permainan tetap imersif.
Sangat disayangkan Ubisoft menghilangkan mekanik adu pedang antar kru saat menyerang kapal. Padahal kehadiran mekanik ini justru melengkapi pengalaman menjadi bajak laut di dalam game. Terbengkalainya pelabuhan dan hanya diisi dua sampai empat NPC juga disayangkan.
Kustomisasi senjata dan kapal di Skull and Bones akan memberikan tantangan tersendiri untuk pemain. Akan ada rasa puas ketika pemain berhasil mendapatkan konfigurasi senjata dan kapal yang sesuai dengan seleranya. Asalkan pemain ini adalah tipe orang yang sabar karena konten PVP baru bisa dirasakan secara utuh di bagian endgame.
Mungkin jika perilisan Skull and Bones tidak ditunda sampai 11 tahun, Ubisoft akan mendapatkan harta karun yang mereka cari.