spot_img
HomeReviewReview Redfall: Vampire yang Ompong

Review Redfall: Vampire yang Ompong

Bulan Mei adalah bulan yang kurang baik bagi Xbox, Bethesda, dan Arkane Studios. Game Garapan mereka Redfall dihujat habis-habisan karena tidak memenuhi ekspektasi. Padahal secara konsep Redfall memiliki tema yang menarik, yaitu game shooter tentang pemburu vampire yang dikombinasi dengan sistem looter shooter. Tapi sayangnya konsep ini tidak bisa terealisasi dengan baik akibat eksekusi yang tidak sempurna.

Saya mewakili Playcubic telah mendapat kesempatan untuk mereview Redfall. Setelah memainkan game ini lebih dari 10 jam, saya setuju dengan gamer maupun kritikus yang sama-sama tidak menyukai game ini

Katanya Game AAA Tapi Tidak Punya Cutscene

Redfall menceritakan tentang sebuah kota yang juga bernama Redfall di Massachusetts, Amerika Serikat yang diserang dan dikuasai oleh kelompok Vampire. Mereka menggunakan sihir yang membuat kota ini terisolasi. Penduduk Redfall tidak dapat keluar, begitu juga orang dari luar tidak dapat masuk ke dalam

Kelompok Vampire ini selanjutnya melakukan pembantaian massal. Manusia di Redfall menjadi buruan untuk dihisap darahnya. Beberapa justru bergabung dengan sekte sesat yang menyembah Vampire. Manusia yang tersisa hanya bisa bersembunyi dan berharap tidak ditemukan oleh Vampire dan pengikutnya.

Kalian akan menjadi pemburu Vampire di Redfall. Selain berburu kalian juga akan mengungkap misteri bagaimana para penghisap darah ini bisa muncul di Redfall dan apa yang mereka cari di kota ini.

Dari cerita Redfall terlihat cukup menarik karena jarang ada game yang mengangkat tema tentang Vampire. Sayangnya ketika dimainkan cerita yang dijanjikan malah terkesan hambar. Tidak ada narasi yang menjelaskan secara jelas mengenai cerita dari Redfall. Kalian justru hanya diminta pergi ke daerah A atau B demi menyelesaikan main quest objective untuk melanjutkan cerita. Game ini juga memiki side quest tapi sama hambarnya dengan main quest.

Menurut saya penyebab kenapa cerita dari Redfall menjadi hambar ada dua. Pertama game ini hampir tidak memiliki cutscene yang diganti dengan gambar static dengan deskripsi. Cara seperti ini sangat tidak efektif karena membuat rasa imersif dari game menjadi hilang. Ditambah lagi Redfall adalah game yang dibuat untuk konsol next-gen dimana seharusnya perform dari segi grafis, gameplay, maupun animasi lebih baik, bukan malah sebaliknya.

Alasan kedua adalah developer Arkane malah membuat lore dari Redfall tercecer dalam bentuk dokumen atau surat yang harus ditemukan pemain. Cara ini mungkin bagus untuk memancing pemain agar mau mengeksplorasi map dalam game. Tapi bukan berarti cara ini digunakan untuk semua lorenya.

Visual dari Vampire Cukup Menarik

Mennurut gw Redfall memiliki desain Vampire yang menarik. Game ini memiliki beberapa tipe Vampire seperti Shroud yang dapat bergerak mengikuti bayang dan memiliki barrier pelindung. Lalu ada Rook, Vampire yang bentuknya seperti tukang pukul di klub malam, Watcher yang matanya seperti lampu sorot dan masih banyak lagi.

Sayangnya kepintaran AI dari Vampire ini tidak sebaik visualnya. AI di Redfall sangat bodoh. Saya pernah menjebak enam Vampire dengan cara yang sama yaitu memancing mereka satu per satu ke jebakan lampu UV supaya bisa di one-hit-kill.

Tidak hanya AI yang bodoh, masih ada masalah lain yaitu bug. Vampire yang seharusnya mengejar malah diam di tempat dan ketika ditembak tidak memiliki health bar. Ada juga bug dimana sekelompok Vampire muncul secara rombongan dan saling tumpuk menumpuk satu sama lain, menggelikan. Ketika baru pertama kali mengalami bug seperti ini, saya mengiranya lucu. Tapi karena sering terjadi malah jadi mengesalkan.

Selain Vampire, kalian juga akan berhadapan dengan musuh manusia. Mereka dibagi menjadi dua kelompok yaitu anggota sekte dan tentara bayaran. Berbeda dengan Vampire yang menggunakan kekuatan magis, para manusia ini menggunakan senjata. Tapi jangan khawatir, mereka juga memiliki sistem AI yang bodoh dan sering terkena bug.

Untuk grafis Redfall sendiri sebetulnya tidak sewah seperti yang dibayangkan. Game ini menurut saya tidak terlihat seperti game next-gen, malah mirip game untuk PS4 dan Xbox One.

Ada beberapa momen dimana grafis dan visual dari kota Redfall menarik untuk dilihat. Misalnya momen ketika laut terbelah dan kalian bisa melihat ombak bergulung yang beku seakan-akan waktu sedang berhenti. Selebihnya kalian hanya akan disuguhkan oleh pemandangan kota terbengkalai yang sepi.

Gameplay Ala Borderlands

Dari segi gameplay menurut saya Redfall mirip dengan Borderlands. Kalian akan diminta untuk memilih satu dari empat pemburu Vampire yaitu Layla Elison, Jacob Boyer, Devinder Crousley, dan Remi De La Rossa. Keempat karakter ini memiliki skill active yang bisa digunakan kapan saja dan juga skill pasif. Semua skill ini bisa ditingkatkan melalui skill tree setiap karakter kalian naik level. Karakter kalian juga dapat dikostumisasi dengan beragam item kosmetik.

Aspek Borderlands lain yang dipinjam oleh Redfall adalah looter shooter. Kalian bisa mendapatkan beragam jenis senjata setiap membuka peti harta. Ada tujuh tipe senjata yang bisa kalian pakai dari pistol, assault rifle, shotgun, sniper rifle, flare gun, UV beam, dan stake launcher. UV beam dan stake launcher adalah jenis senjata unik yang tidak bisa ditemukan di game lain. UV beam bisa menembakkan cahaya UV yang membuat Vampire menjadi batu sedangkan stake laucher yang menembakkan peluru pasak bisa membunuh Vampire satu kali tembakan.

Semua senjata di Redfall memiliki sistem rarity dari yang berwarna putih atau common sampai yang kuning atau legendary. Jika ingin aman saran saya setidaknya senjata yang kalian bawa harus memiliki rarity berwarna biru atau superior. Perlu saya ingatkan mencari senjata dengan rarity tinggi cukup sulit karena kalian harus mengandalkan gacha.

Untuk farming senjata, saya menyarankan untuk masuk ke dalam Vampire Nest. Tempat ini adalah dunia Vampire dimana kalian ditugaskan untuk menyabotase bagian intinya yaitu Nest Heart. Setelah jantung ini hancur, kalian akan diberikan waktu untuk kabur sambil menjarah peti harta berisi senjata.

Hal yang saya sayangkan adalah senjata di game Redfall tidak dapat diupgrade mengikuti level karakter. Misalkan kalian memiliki senjata legendary level lima dan karakter kalian sudah level tujuh. Mau tidak mau kalian harus mencari senjata lain karena kekuatan senjata tersebut berada di bawah level karakter kalian.

Multiplayer yang Berantakan

Redfall bisa dimainkan dengan singleplayer maupun multiplayer. Khusus untuk multiplayer mekaniknya cukup lucu. Pertama kalian tidak bisa melakukan random matchmaking, melainkan hanya dengan friend saja.

Kedua level karakter kalian tidak berubah atau scaling ketika bergabung dalam mode multiplayer. Jadi seandainya karakter kalian sudah level sembilan dan diajak bermain dengan teman kalian yang masih level satu, level karakter kalian tetap sama yaitu level sembilan. Artinya kalian bisa membunuh semua musuh didunia teman kalian dengan satu pukulan saja.

Ketiga, progress kalian ketika bermain bersama teman tidak disimpan. Misalnya kalian bermain bersama teman yang sudah sampai chapter dua padahal kalian sendiri masih chapter satu. Ketika kembali ke dunia sendiri maka kalian akan kembali ke chapter satu, bukan chapter dua.

Redfall Segi Teknis

Masalah utama dari Redfall adalah game ini memiliki banyak bug. Kebanyakan bug yang saya temukan biasanya terjadi kepada musuh. Seperti Vampire yang stuck, anggota sekte yang tiba-tiba terjatuh sendiri lalu hilang. Ketika bermain multiplayer, saya juga pernah mengalami bug yang cukup aneh yaitu tampilan di monitor saya mendadak gelap, tapi suara dari game masih tetap ada. Padahal teman saya yang ikut bermain bersama tidak mengalami masalah apa-apa.

Saya menggunakan dua PC untuk mencoba Redfall. Pertama dengan PC i5-9400F, GeForce RTX 2060, dan RAM 16GB. PC kedua CPU Ryzen 7 2700X, VGA GeForce 3070, RAM 32GB plus SSD. Dari segi performa di kedua PC, Redfall tidak terlalu demanding. Untuk PC pertama saya memakai settingan medium. Sedangkan di PC kedua memakai settingan high-epic.

Replay Value

Sebagai game looter shooter kalian bisa terus mengulang-ulang untuk mendapatkan senjata terbaik di Redfall. Tapi jika kondisi gamenya masih menyedihkan seperti sekarang justru bikin malas main.

Kesimpulan

Sangat disayangkan performa Redfall tidak seperti yang diharapkan. Padahal konsep yang ditawarkan oleh game ini cukup menarik Desain dari para Vampire, kemampuan yang mereka miliki juga menurut saya sudah bagus. Bayangkan jika seandainya game ini bisa dieksekusi dengan baik oleh Arkane.

Dengan kondisinya sekarang saya sangat tidak menyarankan untuk memainkan Redfall. Tapi jika kalian masih penasaran, maka kalian bisa mencobanya secara gratis dengan berlangganan PC Game Pass. Xbox dan Arkane juga berjanji akan memperbaiki performa Redfall agar tidak memalukan seperti kondisinya sekarang. Akankah Redfall bisa comeback seperti Sea of Thieves? Kita lihat saja nanti.

*Game untuk review disediakan oleh publisher

REVIEW OVERVIEW

Visual & Grafis
Storyline
Gameplay
Sound (Soundtrack & sound effect)
Replay Value
Aryo
Aryo
Editor Playcubic. Gamer dengan cita-cita punya PC kelas dewa. Disamping PCnya ada PS5 dan Xbox Series X
RELATED ARTICLES

Terpopuler

Bulan Mei adalah bulan yang kurang baik bagi Xbox, Bethesda, dan Arkane Studios. Game Garapan mereka Redfall dihujat habis-habisan karena tidak memenuhi ekspektasi. Padahal secara konsep Redfall memiliki tema yang menarik, yaitu game shooter tentang pemburu vampire yang dikombinasi dengan sistem looter shooter. Tapi...Review Redfall: Vampire yang Ompong