spot_img
HomeReviewReview Metaphor: ReFantazio (PC): Tidak Ada Fantasi yang Sempurna

Review Metaphor: ReFantazio (PC): Tidak Ada Fantasi yang Sempurna

Sejak Persona 5, Atlus dan Sega telah menjadi kekuatan baru dalam ranah game RPG. Hampir semua RPG yang dirilis oleh Atlus mendapatkan respon yang baik dari kritikus maupun fans, dengan catatan game-game ini memang adalah franchise andalan milik Atlus. Bagaimana jika Atlus membuat franchise baru? Apakah akan sukses juga?

Metaphor: ReFantazio merupakan franchise baru milik Atlus. Berbeda dengan Persona atau Shin Megami Tensei yang berlatar di dunia masa kini, Metaphor: ReFantazio justru mengangkat latar “high fantasy” di dunia dimana monster mengerikan meneror rakyat sementara kaum aristokrat berkuasa.

Studio Zero, developer internal Atlus yang mengerjakan Metaphor: ReFantazio juga terinspirasi dari anxiety atau rasa cemas. Menurut mereka perasaan tersebut merupakan inti dari fantasi yang diceritakan di Metaphor ReFantazio.

Setelah mencoba versi reviewnya di PC, saya dapat menyebut bahwa Metaphor: ReFantazio merupakan salah satu game RPG terunik sekaligus terbaik di tahun 2024.

Selamat Datang di Kerajaan “Rasis” Euchronia

Metaphor: ReFantazio akan menempatkan posisi pemain sebagai seorang pemuda alias Protagonist di Kerajaan Euchronia. Situasi di Kerajaan ini sedang kacau dengan raja yang baru saja dibunuh dan satu-satunya pewaris mahkota justru mengalami koma akibat kutukan.

Protagonist memiliki hubungan yang “dekat” dengan sang pangeran yang koma. Bersama dengan Fairy bernama Gallica, Protagonist pergi untuk mencari dalang dibalik aksi tersebut yang diduga kuat berada di lingkungan kerajaan. Namun situasi tersebut semakin dipersulit dengan terjadinya pemilihan raja baru secara magis. Para kandidat, termasuk Protagonist harus bersaing untuk menduduki tahta kerajaan yang kosong dengan mencari sekutu dan dukungan sebanyak-banyaknya. Cerita inilah yang menjadi latar belakang dari drama yang terjadi di Metaphor: ReFantazio.

Cerita tersebut diperkaya dengan adanya rasisme, ketidaksetaraan, kemiskinan, ekstremisme agama, dan juga eksploitasi yang terjadi di dunia Metaphor: ReFantazio. Hal yang menarik adalah Protagonist memiliki sebuah buku yang menggambarkan tentang sebuah dunia fantasi, dunia ideal di mana segalanya konon adil dan setara. Saya langsung menyadari bahwa cerita yang digambarkan di buku adalah dunia kita sekarang, yang dianggap sebagai dunia yang ideal oleh karakter di dalam game. Jelas ini sangat tidak akurat, karena faktanya yang terjadi di dunia nyata sama dengan yang terjadi di dunia Metaphor: ReFantazio.

Penggambaran tersebut seperti breaking-the-4th-wall. Atlus membuat kita sebagai pemain ikut dilibatkan dalam game secara sepenuhnya, tidak hanya sebatas memainkannya saja. Pemain juga diajak untuk berempati dengan kondisi yang terjadi di dalam game dan merasa itu adalah sebuah sindiran terhadap kenyataan.

Metaphor: ReFantazio juga mengajarkan pemain tentang proses berjalannya politik. Untuk menjadi seorang pemimpin tidak hanya sekedar mengandalkan diri sendiri saja, melainkan melalui dukungan banyak orang, terutama dari kelompok minoritas yang harus diperjuangkan haknya.

Karakter Utama Tidak Lagi Pendiam

Atlus membuat keputusan yang menarik dengan memberikan suara kepada Protagonist Metaphor: ReFantazio. Ini adalah sebuah langkah baru yang tidak diterapkan di game lainnya buatan Atlus. Tidak hanya itu, Atlus juga meracik dialog milik Protagonist menjadi tidak asbun. Justru dialog ini menunjukkan kepribadian dari Protagonist. Inovasi ini membuat saya menjadi ingin lebih mengenal Protagonist dan apa yang akan menimpa dirinya nanti dalam perjalanan untuk merebut tahta dan menyelamatkan sahabatnya.

Selain Protagonist, karakter-karakter lain di Metaphor: ReFantazio juga dirancang dengan baik dan diisi suara yang mumpuni. Salah satunya adalah tokoh antagonis, Louis yang memiliki pesona, kecerdikan, dan juga penampilan yang memukau. Tidak heran jika ia begitu dicintai sekaligus ditakuti, dan menjadi kekuatan yang begitu menekan di dunia Metaphor: ReFantazio.

Grafis Biasa, Art Luar Biasa

Dari segi grafis, Metaphor: ReFantazio tidak terlalu mengesankan. Tetapi dari segi art direction sangatlah luar biasa. Selama permainan, kalian akan disajikan visual gabungan antara anime dengan 3D. Atlus bahkan berhasil menyisipkan cuplikan anime ditengah-tengah cutscene secara seamless. Metaphor: ReFantazio menegaskan bahwa art direction kadang bisa jauh lebih penting dibandingkan dengan kualitas grafis dan visual mentah.

Kalian juga akan banyak melihat gaya gothic di Metaphor: ReFantazio, mengingat game ini berlatar di dunia fantasi abad pertengahan. Tidak hanya di bangunan saja, gaya gothic ini juga terlihat dari desain karakter yang ditemukan di dalam game.

Monster bernama Humans juga merupakan keunikan Metaphor: ReFantazio. Terinspirasi dari lukisan karya pelukis Renaissance, Heironymus Bosch, Humans terlihat seperti manusia yang tidak utuh. Desain monster ini menimbulkan rasa cemas bagi siapa saja yang melihatnya, termasuk pemain. Humans bisa dibilang mirip dengan Titan di Shingeki no Kyojin, dimana kehadirannya akan membawa kehancuran.

Hal lainnya yang tidak kalah menarik visualnya jelas adalah bagian User Interface (UI). Kalian tidak bisa menemukan UI yang sederhana dan statis di game ini. Semuanya dibuat secara stylish yang memadukan antara animasi dengan warna. Atlus lagi-lagi membuktikan kualitas studionya yang dapat mengimplementasi gaya dan desain yang sulit ditemukan di game lain.

Rasa fantasi di Metaphor: ReFantazio juga diperkuat oleh musik yang luar biasa dari komposer Persona, Shoji Meguro. Soundtrack game ini dipenuhi dengan musik gaya orkestra dengan vokal yang megah, sehingga menciptakan kesan mendalam bagi yang mendengarnya. Salah satu soundtrack yang paling saya suka adalah battle theme. Saya tidak akan pernah bosan mendengarnya, bahkan kadang saya sengaja diam ketika combat berlangsung agar bisa mendengarkannya.

Penyempurnaan Dari Sebelumnya

Menggunakan kerangka dari Persona, Metaphor: ReFantazio menggunakan sistem hari. Pemain akan diberikan pilihan untuk menentukan bagaimana menghabiskan waktu sehari penuh, dari siang sampai malam. Ada berbagai aktivitas yang bisa dilakukan selain menjalankan misi utama atau mengeksplorasi dungeon.

Contohnya adalah mekanik Follower dan Royal Virtue yang diadaptasi dari Bond dan Social Links dari Persona. Untuk bisa lebih dekat dengan follower atau meningkatkan atribut dari Royal Virtue, pemain harus menjalankan aktivitas tertentu yang memakan waktu. Jika ini dilakukan, maka otomatis aktivitas yang lainnya tidak dapat dijalankan.

Satu perubahan lebih baik yang perlu saya utarakan adalah kemajuan statistik di bagian Royal Virtue sekarang ditampilkan secara eksplisit. Tidak seperti di Persona yang tidak memiliki indikator sama sekali, sehingga pemain harus menebak-nebak sendiri.

Side quest dalam Metaphor: ReFantazio juga merupakan aktivitas yang bisa dilakukan untuk menghabiskan waktu. Side quest biasanya akan membawa pemain untuk menyelesaikan misi sampingan, yang bentuknya bisa sederhana seperti “tolong ambil ini di A dan berikan kepada saya,” atau membawa pemain ke dungeon opsional.

Side quest juga biasanya menawarkan lebih banyak tantangan dari segi combat, karena musuh di dungeon opsional biasanya lebih kuat dibandingkan Main Story. Kalian juga akan diberikan hadiah sebagai kompensasi.

Pemain juga nantinya akan diberikan akses untuk menggunakan Gauntlet Runner, sebuah kapal bergaya steampunk dengan kaki mekanik yang digunakan untuk menjelajahi berbagai tempat. Selain untuk transportasi, Gauntlet Runner juga berfungsi sebagai social hub bagi Protagonist dan anggota timnya. Kalian bisa membangun ikatan antara Protagonist dengan follower atau meningkatkan Royal Virtue dengan beragam aktivitas, yang pastinya juga akan mengkonsumsi waktu.

Jika kalian merasa Protagonist dan timnya sudah kuat, maka kalian bisa melanjutkan Main Story. Sekedar mengingatkan, jika tengat waktu Main Story selesai, maka permainan akan Game Over. Jadi kalian perlu menemukan keseimbangan antara membangun ikatan, menjelajahi dungeon, menyelesaikan Main Story, dan memasukkan semua itu ke dalam jadwal yang teratur.

Kehadiran Archetypes Dalam Combat

Untuk segi combat, Metaphor: ReFantazio masih menggunakan mekanik turn-based ala Shin Megami Tensei (SMT), di mana tim pemain maupun musuh akan diberikan semacam ikon yang menandakan giliran. Jika pemain atau musuh dapat memanfaatkan kelemahan atau weakness, maka akan mendapatikan ikon tambahan untuk menambah giliran.

Mekanik tradisional ini lalu dibumbui dengan Archetypes, yang pada dasarnya adalah sistem Job Class. Pemain bisa mendistribusikan Archetypes kepada empat orang yang akan hadir dalam combat. Total ada 40 Archetypes dengan 14 sebagai tipe utama. Setiap Archtypes juga akan memiliki peran dan skill yang berbeda-beda. Uniknya kalian bisa membawa skill yang sudah dimiliki Archtypes sebelumnya ke yang baru. Kebebasan ini memungkinkan pemain untuk menyusun tim dengan beragam strategi.

Untuk mengakses skill baru Archetypes, pemain harus menaikkan levelnya. Caranya bisa dengan cara tradisional seperti grinding, bisa juga dengan mengkonsumsi item yang dapat memberikan experience point kepada Archetypes.

Archetypes juga memiliki serangan kombinasi yang di dalam game ini dinamai Synthesis. Kemampuan ini bisa berupa serangan kuat, healing, atau buff. Syarat untuk menggunakan Synthesis ini adalah selain memiliki Archtypes yang sesuai juga, mengkonsumsi ikon giliran. Synthesis bisa menjadi kunci untuk mengalahkan musuh kuat atau Boss, tetapi pemain juga harus bijak dalam menggunakannya. Karena jika sembarang digunakan, cara ini justru akan merugikan pemain karena musuh di dalam game ini tidak kenal ampun jika mendapat kesempatan.

Ada Solusi Baru untuk Menghilangkan Rasa Jenuh

Hal lain yang disempurnakan oleh Atlus di Metaphor: ReFantazio adalah menciptakan solusi untuk mengurangi kejenuhan dalam game berbasis turn-based. Atlus telah menyisipkan elemen action real-time yang sederhana, dimana pemain bisa menyerang musuh lebih dulu. Jika musuh ini lebih lemah dibandingkan pemain, maka mereka akan mati dan experience point bisa langsung diterima. Tetapi jika musuh sama kuat, maka pemain akan mendapatkan keuntungan saat combat yaitu bisa memulai duluan.

Untuk mengetahui kekuatan musuh, pemain bisa menggunakan kemampuan sensor milik Gallica. Kemampuan ini juga berfungsi untuk memetakan dungeon, untuk mengetahui apakah ada pintu yang terkunci atau harta karun tersembunyi.

Metaphor: ReFantazio Dari Segi Performa

Saya memainkan Metaphor: ReFantazio di PC dengan spesifikasi i5-9400F, GeForce RTX 3060, dan RAM 16GB. Selama memainkan lebih dari 10 jam, saya tidak pernah mengalami masalah teknis apapun. Saya juga perlu menginformasikan bahwa versi PC Metaphor: ReFantazio tidak memiliki setting grafis yang detail. Game ini hampir tidak memiliki fitur special effect dan juga tidak didukung oleh fitur upscaling.

Kesimpulan

Atlus berhasil menyempurnakan konsep dan mekanik yang ada di game-game sebelumnya di Metaphor: ReFantazio dengan mulus. Game ini akan mengantarkan pemain ke dunia fantasi yang keras, namun dengan keindahannya sendiri. Sistem Archetypes dan implementasi action real-time ke dalam combat memberikan pengalaman baru dalam mekanik turn-based tradisional yang menjadi pilar Metaphor: ReFantazio.

Hal yang paling membuat Metaphor: ReFantazio berbeda dengan game dari genre yang sama lainnya adalah bagaimana Atlus menciptakan sebuah refleksi di dalam cerita. Pemain tidak hanya diajak untuk mengikuti cerita, tapi juga merefleksikan apa yang terjadi didalamnya. Dunia fantasi ternyata tidak seindah seperti yang dibayangkan.

REVIEW OVERVIEW

Visual & Grafis
Storyline
Gameplay
Sound (Soundtrack & sound effect)
Replay Value
Aryo
Aryo
Editor Playcubic. Gamer dengan cita-cita punya PC kelas dewa. Disamping PCnya ada PS5 dan Xbox Series X
RELATED ARTICLES

Terpopuler

Sejak Persona 5, Atlus dan Sega telah menjadi kekuatan baru dalam ranah game RPG. Hampir semua RPG yang dirilis oleh Atlus mendapatkan respon yang baik dari kritikus maupun fans, dengan catatan game-game ini memang adalah franchise andalan milik Atlus. Bagaimana jika Atlus membuat franchise...Review Metaphor: ReFantazio (PC): Tidak Ada Fantasi yang Sempurna