Entah kenapa ketika EA mengumumkan Dragon Age: The Veilguard, saya agak khawatir dengan hasil akhirnya. Kekhawatiran ini semakin terbukti ketika terjadi perubahan judul dari Dreadwolf menjadi The Veilguard. Ditambah lagi dengan suksesnya Baldur’s Gate 3 yang otomatis membuat BioWare harus bekerja lebih keras.
Pada tanggal 31 Oktober kemarin, Dragon Age: The Veilguard akhirnya rilis. Saya mewakili Playcubic mendapat kesempatan dari EA untuk mereview versi PC dari Dragon Age: The Veilguard. Setelah 7 tahun jeda dari Dragon Age: Inquisition, saya jelas sudah tidak sabar untuk menyelam ke dalam dunia fantasi yang diracik secara mendalam oleh BioWare…Itu harapan saya tapi faktanya ada di ulasan ini.
Masalah yang Kembali Mendatangi Thedas
Dragon Age: The Veilguard merupakan kelanjutan dari seri Dragon Age sebelumnya, yaitu Dragon Age: Inquisition. Sama seperti tradisi dalam game Dragon Age, kalian akan diminta untuk membuat karakter sendiri. Untuk Dragon Age: The Veilguard, karakter yang kalian buat memiliki nama panggilan Rook. Kalian salah satu dari pejuang yang direkrut oleh Varric Tethras yang merupakan tokoh ikonik dari game Dragon Age sebelumnya.
Tugas kalian kali ini adalah menghentikan Solas, sang Dreadwolf. Sahabat baik Varric ini memiliki tujuan yang membahayakan dunia Thedas, yaitu membuka tabir pembatas antar alam atau Veil. Pada akhirnya kalian berhasil menghentikan rencana gila Solas, namun tindakan kalian juga memiliki dampak yang tidak kalah membahayakan.
Dua dewa Elf, yaitu Elgar’nan dan Ghilan’nai berhasil lepas dari penjara tempat mereka dikurung, dan menyebarkan Blight ke seluruh penjuru Thedas. Kutukan ini menyebabkan munculnya pertikaian dan peperangan di berbagai tempat secara serentak. Tugas kalian sekarang sebagai Rook adalah mengalahkan Elgar’nan dan Ghilan’nai dan membawa kedamaian kembali ke Thedas.
Secara keseluruhan, alur cerita yang disajikan di Dragon Age: The Veilguard memiliki kualitas naik turun. Kedua dewa elf yang dalam lorenya sangat membahayakan justru kurang memiliki impact dalam alur cerita Dragon Age: The Veilguard.
Selain itu, pilihan dialog yang ada menurut saya kurang bervariasi. Pilihan yang bisa dipilih kurang diracik sehingga terkesan tidak kreatif, dan juga tidak terlalu memiliki dampak. Saya juga memperhatikan bahwa dialog antara Rook dengan companionnya terasa hambar. Sangat mudah untuk mencari jalan tengah ketika Rook berselisih dengan karakter lain tanpa adanya efek samping.
Hal lain yang membuat saya agak risih adalah dalam beberapa quest kadang ada dialog yang terkesan dipaksakan, dan biasanya berhubungan dengan tema diversitas. Dalam game modern, tema tersebut kadang memang suka diselipkan sehingga terkesan muncul secara alami. Apa yang terjadi di Dragon Age: The Veilguard justru sebaliknya seperti terkesan dipaksakan, dan jujur saja ini membuat saya menjadi agak kurang nyaman.
Bertualang Dari Hutan Kuno ke Necropolis
Dari segi grafis dan visual, BioWare membuat wilayah-wilayah di Dragon Age: The Veilguard memiliki detail yang beragam. Contohnya adalah Kota Treviso yang memiliki kesan elegan karena mengambil refrensi dari budaya Eropa, Arlathan forest yang memiliki banyak peninggalan kuno, sampai dengan Necropolis Halls yang memiliki nuansa mistis.
Setiap dungeon yang ada dalam game ini memiliki ciri khas yang sama, yaitu ruangan luas diselingi koridor penghubung dengan area selanjutnya. Selain itu, ada juga sesi puzzle yang cukup sederhana, seperti menaruh artifact untuk membuat jembatan, maupun menggunakan kemampuan karakter kalian untuk membuka jalan ke area berikutnya.
Sayangnya rasa imersif agak kurang terasa karena kurangnya ambience. Pada game sejenisnya biasanya pemain bisa mendengar obrolan NPC di sekitar atau menyaksikan interaksi antar mereka. Hal ini kurang dioptimalkan di Dragon Age: The Veilguard.
Kritik Untuk Bagian Character Creation
Untuk fitur character creation, Dragon Age: The Veilguard memiliki fitur yang cukup detail. Tapi hal yang mengherankan adalah desainnya. Karakter di Dragon Age: The Veilguard memiliki desain yang lebih condong ke arah kartun, berbeda dengan seri Dragon Age sebelumnya yang menggunakan gaya photographic.
Saya juga memperhatikan bahwa setiap ras di Dragon Age: The Veilguard memiliki tipe badan yang sama. Perbedaannya hanya terletak pada tinggi badannya saja. Hasilnya, beberapa karakter bisa memiliki badan yang tidak proporsional. Misalnya ukuran kepala yang terlalu besar, terutama pada ras Dwarf dan Qunari.
Berbicara mengenai Qunari, BioWare melakukan perombakan yang cukup signifikan pada ras ini di Dragon Age: The Veilguard. Semua preset karakter untuk ras ini terlihat seperti orang yang sedang menggunakan kostum. Jika kalian mau, kalian bisa menggunakan desain Qunari dari game Dragon Age sebelumnya. Tapi diperlukan usaha ekstra untuk mengatur semua slider dan effect yang sudah ada.
Gameplay Disederhanakan
Dari segi gameplay, Dragon Age: The Veilguard mengizinkan kalian untuk memilih satu dari tiga job class yang tersedia pada bagian awal permainan. Selain class, karakter kalian dibekali dengan tiga skill aktif, serta satu skill ultimate yang masing-masing akan membuat karakter kalian kebal ketika menggunakan skill tersebut. Setiap naik level, atau setelah menyelesaikan puzzle Fen’Harel Altar, kalian akan mendapatkan skill point yang bisa digunakan untuk membuka skill aktif, maupun pasif untuk memperkuat kemampuan bertempur karakter kalian.
Setelah mencapai level 20, kalian bakal membuka subclass yang akan mempengaruhi gaya bermain kalian. Sangat disayangkan, ciri khas micromanagement taktis dari game Dragon Age sebelumnya hampir hilang seluruhnya di Dragon Age: The Veilguard.
Dari pengalaman yang saya dapatkan, karakter buatan kalian alias Rook akan merangkap sebagai damage dealer sekaligus tank, tidak peduli job class apa yang dipilih. Sebabnya adalah companion kalian kebal alias tidak memiliki health bar. Ditambah lagi sistem game yang membuat musuh akan selalu mengejar Rook apabila tidak terkena taunt. Kabar buruknya lagi permainan akan berakhir ketika health point Rook mencapai 0.
Dragon Age: The Veilguard juga memiliki mekanik combo, dimana karakter kalian bisa menggunakan skill untuk menambahkan efek dari skill yang lain. Mekanik ini cukup menarik karena memiliki banyak variasi. Sayangnya kegunaannya akan mulai memudar ketika kalian menginjak pertengahan sampai akhir cerita. Menurut saya, sebagian besar kalian nantinya berasal dari advantage atau buff seperti Time Dilation, Precision, maupun dan gerakan dasar, serta serangan ke weakspot yang mampu menghasilkan damage lebih besar.
Saya menyukai tingkat kesulitan atau combat setting yang ada di game ini. Pemain bisa mengatur health, damage yang diterima, maupun timing untuk bertahan secara individu. Pemain juga bisa mengatur sendiri tingkat kesulitan musuh yang ada di game ini.
Dragon Age: The Veilguard Dari Segi Teknis
Saya puas dengan optimalisasi Dragon Age: The Veilguard di PC, karena bisa terus stabil. Saya sendiri menggunakan spesifikasi ultra plus DLSS di quality. Hasilnya FPS saya tertap stabil di angka 60, serta loading antar tempat juga tetap berjalan dengan cepat. Hal inicukup mengejutkan, mengingat Dragon Age: The Veilguard menggunakan engine Frostbite yang memiliki track record kurang menyenangkan dalam hal loading asset, serta stabilitas FPS di game non shooter.
Spesifikasi PC yang saya gunakan untuk memainkan Dragon Age: The Veilguard di PC adalah Ryzen 7 2700x, Gforce 4070ti, 32GB RAM dan SSD
Kesimpulan
Kesimpulan saya untuk Dragon Age: The Veilguard adalah game ini sebetulnya adalah game yang biasa-biasa saja. Apakah ini bagus? Mungkin ini tidak masalah bagi gamer yang baru mengenal franchise Dragon Age. Tapi bagi saya yang sudah mengikuti game ini sejak lama, kualitas yang disajikan oleh Dragon Age: The Veilguard bisa dibilang tidak memuaskan.
Dari segi cerita, Dragon Age: The Veilguard terselamatkan karena masih memiliki hubungan dengan cerita sebelumnya. Begitu juga kehadiran karakter dari game sebelumnya, baik itu menjadi companion atau cameo saja.
Dari segi gameplay, BioWare berusaha untuk menyederhanakan gameplay Dragon Age: The Veilguard. Namun, hal tersebut juga membuat game ini kehilangan gameplay taktis yang merupakan salah satu keunikan dari seri Dragon Age.
Saya juga mempertanyakan kebijakan BioWare yang merombak total desain dari ras-ras yang ada di Dragon Age: The Veilguard. Kenapa ini harus dilakukan, mengingat desain yang lama sudah terbentuk dari awal franchise Dragon Age lahir. Seakan BioWare tidak peduli dengan dunia yang sudah mereka buat dengan susah payah selama ini.
Oleh karena itu, apabila kalian seperti saya yaitu fans Dragon Age yang sudah memainkan game Dragon Age sebelumnya, jangan taruh ekpektasi kalian di level yang tinggi.