Review Assassin’s Creed Shadows PC adalah salah satu game yang cukup berat dan menantang. Alasannya jelas adalah kontroversi seputar game ini yang seakan tiada habisnya. Belum lagi hype dari game ini sendiri yang sudah berkurang karena dua kali ditunda perilisannya.
Terlepas dari semua hal itu, Ubisoft sang developer tetap harus merilis gamenya. Namanya juga “Show Must Go On”, suka tidak suka dan bagaimanapun hasilnya Assassin’s Creed Shadows akan rilis pada tanggal 20 Maret 2025. Semua orang akhirnya bisa melihat dan merasakan seperti apa game ini sebetulnya. Apakah semua kontroversi dan penundaan setimpal dengan produk akhirnya?
Saya mendapat kesempatan dari Ubisoft untuk memainkan versi review Assassin’s Creed Shadows di PC dua minggu lebih awal.
Ketika Ubisoft memutuskan untuk menunda peluncuran game ini tahun lalu, jujur saja saya kecewa. Alasannya karena game ini termasuk dalam salah satu dari daftar “Most Wanted to Play” yang saya buat.
Selain itu, Assassin’s Creed Shadows juga menawarkan “Winning Concept” yang digunakan oleh Assassin’s Origins, Odyssey, dan Valhalla. Ditambah lagi, game ini mengangkat tema Jepang yang lengkap dengan ninja dan samurai. Apa lagi yang kurang coba?
Berikut adalah review Assassin’s Creed Shadows PC, berdasarkan pengalaman yang saya dapat setelah memainkannya lebih dari 20 jam:
Review Assassin’s Creed Shadows PC: Merajut Sejarah Asli dengan Cerita Fiksi
Assassin’s Creed Shadows berlatar di Jepang pada abad ke-16, dimana pada waktu itu Oda Nobunaga sedang mencapai titik kekuasaan tertingginya. Sesuai tradisi franchise Assassin’s Creed, cerita dalam Assassin’s Creed Shadows dirajut dengan sejarah asli.
Assassin’s Creed Shadows juga memiliki beragam detail tentang lokasi, kebudayaan, dan juga peristiwa bersejarah di Jepang. Semua informasi ini disimpan dalam Codex yang bisa diakses kapan saja oleh pemain. Jadi jika kalian menyukai tentang sejarah, rasa haus akan informasi bisa terpuaskan dengan mengakses bagian Codex.
Ekspansi Oda Nobunaga di Jepang bertanggung jawab dalam menciptakan dua karakter utama Assassin’s Creed Shadows, Naoe dan Yasuke. Pembantaian kelompok Iga oleh Oda Nobunaga membuat Naoe kehilangan keluarga dan tanahnya. Inilah yang membuatnya menjadi hantu dan mau berbuat apa saja demi membalas dendam. Sedangkan Yasuke justru bersimpati dengan Oda Nobunaga. Sebabnya ia adalah satu-satunya orang yang melihat Yasuke sebagai seorang manusia, bukan budak. Takdir dari Naoe dan Yasuke yang awalnya berlawanan, akhirnya menjadi satu melalui sebuah klimaks cerita.
Sayangnya klimaks ini menurut saya kurang menggigit dan believable. Apakah cerita ini memang sudah dari awal didesain oleh Ubisoft? Atau cerita ini merupakan cerita baru yang didesain ketika Assassin’s Creed Shadows ditunda? Jawaban dari pertanyaan ini mungkin tidak akan terjawab dan menjadi bagian dari misteri Assassin’s Creed Shadows.
Hal lain yang menurut saya perlu menjadi perhatian adalah VO (Voice Over). Hampir semua karakter di Assassin’s Creed Shadows memiliki VO bahasa Inggris dengan logat Jepang. Ini mengingatkan saya dengan serial televisi Shogun. Kalian juga bisa menggunakan Immersive Mode untuk membuat karakter di game berbicara dengan bahasa aslinya (Jepang dan Portugis), jika ingin lebih imersif.
Jepang yang Indah dan Misterius
Secara garis besar, alur cerita Assassin’s Creed Shadows masih menggunakan mekanisme yang sama dengan game-game sebelumnya. Untuk melanjutkan cerita utama, kalian harus mengejar kelompok misterius bernama Shinbakufu. Kelompok ini terdiri dari beberapa orang dengan satu orang pemimpin yang identitasnya tersembunyi di balik topeng. Untuk mencapai sang pemimpin, kalian harus lebih dulu mengungkap anak buahnya satu per satu.
Pencarian ini akan cukup menantang. Pertama, karena petunjuk untuk menemukan target biasanya hanya berupa deskripsi lokasi. Sisanya harus kalian temukan sendiri. Untuk mempermudah, developer telah membuat fitur Scout yang bisa membantu untuk menemukan target. Scout juga memiliki batas penggunaan, jadi kalian harus menggunakannya semaksimal mungkin.
Kedua, pencarian ini akan membawa Naoe dan Yasuke ke berbagai wilayah di Jepang. Mulai dari Osaka ke Kyoto, danau Biwa di wilayah Omi yang merupakan danau terbesar di Jepang, wilayah Kii yang memiliki banyak kuil Budha, dan berbagai wilayah lainnya. Inilah dunia open world Assassin’s Creed Shadows yang bisa kalian jelajahi sampai puas.
Pemandangan yang tersaji di dalam game sangat luar biasa. Kalian akan disuguhi oleh berbagai jenis bentang alam. Mulai dari hutan yang penuh dengan pepohonan bambu dan maple, padang rumput lengkap dengan sawah berisi padi, pegunungan dengan jalan sempit menanjak, sampai wilayah urban Jepang abad ke-16 yang tertata rapi. Tidak lupa berbagai landmark seperti kuil dan istana yang dibuat semirip mungkin dengan bentuk aslinya.
Assassin’s Creed Shadows juga memiliki mekanisme pergantian waktu, cuaca, dan musim. Kondisi ini akan berpengaruh dengan kondisi alam di game. Misalnya pada musim dingin beberapa wilayah akan dipenuhi oleh salju, dan pada musim gugur kalian bisa melihat daun-daun yang rontok. Ketika malam hari, kalian juga akan lebih sering bertemu penjaga yang berpatroli dan lain sebagainya.
Teknologi Ray-Tracing sangat kentara penerapannya di Assassin’s Creed Shadows. Pemandangan alam di dalam game menjadi semakin indah dan misterius berkat teknologi ini. Karena menggunakan PC, saya bisa mengatur penampilan special effect yang muncul di dalam game. Jika kalian memiliki PC mumpuni, saya sarankan untuk memaksimalkan Ray-Tracing untuk pengalaman yang lebih optimal.
Kegiatan eksplorasi tidak akan pernah membosankan karena suguhan pemandangan alam ini. Sayangnya tidak fitur ada auto-pilot saat sedang berkuda. Jadi saya harus menekan terus tombol analog controller untuk memastikan kuda saya tetap berada di jalur. Sebagai gantinya, developer memberikan fitur Pathfindfer atau petunjuk arah, agar pemain tidak tersesat saat sedang eksplorasi.
Ketika tiba di desa dan kota, kalian juga akan berjumpa dengan para NPC yang menjalanI berbagai macam aktivitas. Kalian bisa menemukan NPC yang sedang ngobrol dan kadang memberikan informasi penting, ada pemain boneka yang sedang menghibur anak-anak, sampai Miko atau pendeta yang sedang berdoa di kuil. Kehadiran NPC ini membuat dunia Assassin’s Creed Shadows menjadi lebih hidup.
Pilih Naoe atau Yasuke
Pada bagian awal permainan, karakter yang bisa digunakan dibatasi. Tapi setelah seperempat jalan, kalian bisa mulai memilih untuk menggunakan Naoe atau Yasuke. Keduanya memiliki gameplay yang berbeda. Naoe lebih condong ke stealth seperti seorang Assassin sejati. Sedangkan Yasuke lebih direct, cocok untuk pertarungan frontal.
Beberapa fitur juga dibatasi untuk setiap karakter. Misalnya kemampuan mendeteksi musuh ala Assassin yang hanya bisa digunakan oleh Naoe. Sebaliknya, Yasuke bisa berlari dan mendorong musuh atau objek lainnya. Naoe juga bisa menggunakan berbagai peralatan ninja seperti kunai, smoke bomb, dan masih banyak lagi.
Inilah yang membuat Naoe lebih cocok digunakan ketika menjalankan misi assassination atau infiltration di dalam kastil. Karena kalian pastinya tidak mau membuat semua penjaga di dalam kastil menyerang secara bersamaan dan mendapatkan status Wanted.
Tidak ada juga paksaan dari game untuk terus menggunakan salah satu karakter, kecuali pada skenario tertentu. Jadi jika mau, kalian bisa terus menggunakan Naoe sampai gamenya tamat untuk mendapatkan rasa otentik franchise Assassin’s Creed.
Baik Naoe dan Yasuke bisa melakukan parkour. Tapi hanya Naoe saja yang bisa melakukan berbagai jenis gaya. Kalian bisa saja memaksa Yasuke untuk memanjat genteng, tetapi gerakannya akan lebih lambat dan kagok. Malah jadi lucu dilihatnya.
Berbicara tentang parkour, Assassin’s Creed Shadows telah membuat mekanisme ini menjadi lebih streamline. Melakukan parkour sekarang menjadi lebih mudah dan simple. Maksud saya lebih mudah adalah dalam mengeksekusi dan mengarahkan gerakannya. Sehingga tidak ada gerakan yang sia-sia atau salah.
Genteng dan AI
AI musuh di game ini menurut saya sudah cukup baik. Mereka tidak terlalu bodoh dan tidak terlalu pintar. Pastinya juga tidak memiliki kekuatan superhuman yang bisa mendeteksi meski kalian sedang bersembunyi. Tapi, mereka cukup waspada juga.
Jika kalian ketahuan oleh musuh, saran saya bersembunyilah di atas genteng agar tidak ketahuan. Cara klasik ini tidak pernah gagal dalam setiap game Assassin’s Creed, termasuk ini.
Developer juga telah memberikan pilihan tingkat kesulitan game yang menyesuaikan dengan perilaku AI. Jika kalian memilih yang tertinggi atau Expert, strategi bersembunyi di genteng tidak lagi efektif.
Kalian juga bisa menentukan bagaimana damage dari Stealth Assassination, apakah instant kill atau disesuaikan dengan kekuatan musuhnya. Pengaturan ini memberikan pemain kebebasan dalam menentukan seperti apa pengalaman dari gameplay yang ingin dapatkan.
Berbicara tentang Stealth Assassination, game ini memiliki variasi gaya baru. Misalnya Naoe bisa langsung menusuk musuh yang berada di balik pintu dengan menggunakan senjata Katana. Yasuke juga memiliki versinya sendiri yang bernama Brutal Assassination.
Review Assassin’s Creed Shadows: Variasi Senjata yang Beragam
Naoe dan Yasuke dibekali oleh tipe senjata yang berbeda. Naoe bisa menggunakan Katana, Kusarigama (Arit dengan rantai), dan Tanto (Semacam pisau). Sedangkan Yasuke memakai senjata kelas berat seperti Long Katana, Naginata (Tombak pedang), busur dan panah, serta Teppo (Senjata api).
Setiap senjata milik Naoe dan Yasuke akan memiliki fungsi dan skill yang berbeda. Ada yang bisa digunakan untuk menghancurkan armor musuh secara cepat, ada yang memberikan status effect, dan berfungsi sebagai damage dealer. Kemampuan dari setiap senjata ini bisa ditingkatkan melalui menu Mastery masing-masing karakter.
Mencicipi berbagai macam senjata merupakan alasan saya sering berganti-ganti karakter di Assassin’s Creed Shadows. Jika saya ingin bermain brutal, maka saya akan menggunakan Yasuke dan menyerbu langsung markas musuh. Menyaksikan animasi dari finishing move Yasuke juga merupakan kepuasan tersendiri. Jika kalian tidak bisa melihat darah, maka bisa dimatikan melalu option.
Mekanik combat sayangnya kurang kreatif dan monoton. Musuh hanya memiliki tiga variasi serangan yang perlu diingat. Jika menyala putih, kalian bisa melakukan parry secara langsung. Jika menyala biru artinya adalah serangan beruntun yang baru bisa diparry pada akhir serangan. Sedangkan jika menyala merah adalah serangan yang tidak bisa ditangkis dan harus dihindari. Jika kalian sudah memahami semua pola ini, maka combat di Assassin’s Creed Shadows menjadi mudah.
Kustomisasi Jempolan
Dari segi kustomisasi, saya memberikan dua jempol untuk Assassin’s Creed Shadows. Fitur ini terbilang cukup detail, karena kalian bisa mengganti-ganti skin dari senjata dan armor. Seandainya kalian menemukan desain dari senjaya dan armor yang menarik dan ingin digunakan terus, kalian bisa memakaikan skin tersebut ke senjata dan armor yang dipakai.
Untuk senjata, kustomisasinya lebih kompleks lagi. Kalian bisa menentukan skin dari bilah pedang, pegangan kayu, dan beragam bagian dari senjata lainnya untuk menciptakan desain senjata yang betul-betul unik.
Senjata dan armor di dalam game ini juga bisa terus diupgrade mengikuti level karakter. Jadi keduanya akan terus semakin kuat dan jika kalian mau, digunakan terus sampai gamenya tamat.
Assassin’s Creed Shadows juga memiliki mekanik Hideout yang bisa dibangun. Setelah Naoe bertemu dengan NPC bernama Tomiko, kalian akan diberikan tanah kosong yang berfungsi sebagai Hideout dan bisa dibangun dengan berbagai macam bangunan.
Beberapa bangunan baru berfungsi jika kalian sudah merekrut NPC yang sesuai untuk bekerja didalamnya. Misalnya Forge yang bisa digunakan untuk upgrade senjata dan armor, baru bisa digunakan setelah kalian merekrut blacksmith. Beberapa NPC yang direkrut juga bisa digunakan sebagai bala bantuan saat kalian sedang dalam kondisi terjepit.
Setiap bangunan bisa kalian kustomisasi, mulai dari tipe atapnya sampai desain ruangannya. Untuk membangun, kalian memerlukan bahan-bahan dasar yang bisa ditemukan saat menginfiltrasi markas musuh atau menjalankan side quest. Fitur ini akan menambah aktivitas sampingan yang bisa dilakukan di dalam game, apalagi jika kalian menyukai elemen management.
Animus
Assassin’s Creed Shadows juga memiliki fitur baru bernama Animus. Fitur ini seperti platform online yang menyatukan semua game Assassin’s Creed yang kalian miliki dalam satu library, lengkap dengan kronologinya. Animus juga adalah tempat microtransaction berada.
Mata uang in-game yaitu Keys dan Helix untuk microtransaction bisa kalian beli dengan uang asli, atau bisa juga dengan menjalankan side quest khusus. Side quest ini bentuknya seperti daily login quest yang akan diganti dengan yang baru setiap beberapa hari sekali. Animus juga berisi semacam Battle Pass yang akan memberikan reward sesuai dengan pencapaian yang kalian dapatkan.
Menurut saya, semua kebutuhan seperti senjata dan armor bisa didapatkan di dalam game. Kecuali kalian mau mengeluarkan uang lebih untuk membeli senjata dan armor yang bagus di Animus.
Assassin’s Creed Shadows Dari Segi Teknis
Jika kalian memainkan versi PC seperti saya, kalian bisa mengakses fitur benchmark terlebih dahulu sebelum memulai. Setidaknya kalian akan mendapatkan gambaran seberapa kuat PC kalian untuk memainkan Assassin’s Creed Shadows.
Secara spesifikasi, Assassin’s Creed Shadows tergolong game berat. Jadi, pastikan kalian memiliki PC dengan spesifikasi yang sesuai jika mau memainkan game ini secara optimal.
Saya menggunakan PC dengan spesifikasi CPU i5-14400F, GPU RTX 3060, RAM 32GB, dan SSD. Saya bisa menjalankan game ini dengan setting medium di 60FPS tanpa adanya masalah teknis. Fitur Ray-Tracing tidak bisa dimatikan di game ini, sehingga harus saya kustomisasi. Assassin’s Creed Shadows juga sudah mendukung fitur Upscalling. Saya sendiri menggunakan NVIDIA DLSS di mode Balanced.
Awalnya saya sempat mencoba setting grafis high. Tapi, suhu GPU saya bisa melonjak sampai ke 80-90 derajat. Barulah ketika setting grafis saya turunkan ke medium dengan beberapa special effect diturunkan, suhu GPU normal kembali.
Kesimpulan
Kesimpulan review Assassin’s Creed Shadows PC adalah game ini tidak seburuk seperti yang dibayangkan, bahkan menurut saya malah sesuai dengan ekspektasi. Keindahan dan kemisteriusan Jepang yang dibuat ulang di dalam game ibarat benang yang menjahit semua bahan menjadi satu pakaian bagus.
Saya bisa melihat bagaimana berdedikasinya tim developer dalam menciptakan game ini. Daun yang rontok karena memasuki musim gugur, terbawa angin melewati jalan setapak yang dilalui oleh Naoe dan Yasuke. Nuansa ini membuat aktivitas eksplorasi di dunia open world di Assassin’s Creed Shadows menjadi sangat imersif. Belum lagi informasi detail yang disusun secara rapi di dalam Codex. Kalian tidak hanya sekedar bermain game, tetapi secara tidak langsung juga mempelajari sejarah Jepang.
Meski memiliki dunia yang indah, Assassin’s Creed Shadows juga tidak luput dari kekurangan. Gameplay bagian combat yang cenderung monoton, dan pola alur cerita yang berulang seperti game sebelumnya. Yasuke yang awalnya saya kira menjadi titik lemah dari game ini, ternyata justru menambah variasi dari segi gameplay. Tentunya ditambah kustomisasi yang detail juga menjadi nilai plus untuk game ini.
Terlepas dari segala kontroversi dan politik yang dialami oleh Assassin’s Creed Shadows, game ini bisa dibilang cukup baik. Saya juga merasa terhibur saat memainkannya. Menghibur, bukankah elemen ini merupakan esensi penting dari sebuah game?
Assassin’s Creed Shadows akan rilis di PS5, Xbox Series, dan PC tanggal 20 Maret 2025.