Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki potensi laten atau tersembunyi yang sangat besar untuk bisa dikembangkan lebih jauh lagi. Berkaca dari sejarah, UMKM menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan dari deraan krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia. Terhitung sejak tahun 1998, banyak perusahaan besar gulung tikar akibat pergolakan politik dan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar secara tajam.
Di tengah kondisi demikian, UMKM justru semakin banyak bermunculan. Modal mereka yang notabene termasuk modal kecil dan menengah tidak mengalami imbas sebesar perusahaan raksasa yang akhirnya gulung tikar. Mereka mampu bertahan dari terpaan krisis bahkan beberapa di antaranya mampu terus menuai sukses. Tidak sedikit pula para pegawai yang mengalami pemutusan hubungan kerja akibat gelombang krisis mencari celah untuk terus aktif dan mandiri secara ekonomi. Kemampuan untuk bertahan dan terus sukses di tengah krisis membuat UMKM dianggap sebagai garda terdepan perekonomian rakyat Indonesia. Hingga di 2008 UMKM mencetak kontribusi pada PDB hingga 6,5%.
Munculnya gelombang ekonomi kreatif belakangan ini ikut mendorong peran vital UMKM bagi perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Hal ini terus berlanjut dengan munculnya gelombang ekonomi digital yang mendapat dukungan penuh Pemerintah dengan dicanangkannya ekonomi digital sebagai program pembangunan nasional. Sejumlah platform e-commerce pun bermunculan dengan modal-modal besar. Sebagian besarnya mengaku menggandeng UMKM Indonesia.
“E-commerce memang selalu lekat dengan UMKM. Tetapi bukan berarti UMKM tanpa e-commerce lemah dan tak berdaya. Kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia mencapai 58,92 persen. Belum lagi ketika krisis ekonomi 1998 silam, UMKM masih terus bergerak menumbuhkan perekonomian Indonesia,” ujar Co-Founder Nurbaya Initiative Andi Sjarief.
Nurbaya Initiative adalah gerakan yang bertujuan mengembangkan perekonomian masyarakat Indonesia dengan mengembangkan ekosistem jual beli online bagi UKM Indonesia. Dalam gerakannya Nurbaya Initiative mengintegrasikan komponen-komponen e-commerce seperti: webstore, logistic, iklan online, payment gateway, dan market analysis yang akan dioperasikan untuk mendukung kegiatan pemasaran online UKM. Sebagai catatan, saat ini jumlah pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia diperkirakan mencapai 57,9 juta pelaku usaha dengan serapan tenaga kerja mencapai 97,30 persen. Jumlah pelaku UMKM di Indonesia diakui lebih banyak dibanding negara lain dan merupakan potensi besar yang masih belum digarap secara maksimal.
Andi mengatakan dari total UMKM yang di atas 50 juta pelaku tersebut, baru sekitar 5 persen yang masuk ke dalam jaringan online. Ia juga mengatakan produk-produk UMKM yang bisa didapatkan secara online masih sangat sedikit. Ia menekankan apabila toko online mampu menggarap pasar yang besar ini, maka kekuatan ekonomi yang bisa dihasilkan akan sangat besar. “Jika kedua hal ini digabungkan secara masif, Indonesia akan memiliki populasi ekonomi yang sangat besar dan produktif,” terang Andi.
Ia juga berharap institusi pembiayaan yang selama ini membantu UMKM bisa ikut mendorong pertumbuhan potensi ini dengan menyediakan pembiayaan yang diperlukan. Selama ini pinjaman yang diberikan oleh Bank, misalnya, kepada UMKM cukup besar. Para pelaku usaha juga tidak memiliki kredit macet yang besar perputaran uang bisa terus berjalan dengan baik. Data dari Bank Indonesia memperlihatkan tingkat NPL UMKM di Indonesia sejak 2011 selalu berada di bawah 5 persen.
Di sisi lain, UMKM juga bisa menjadi salah satu garda depan dalam memenangkan persaingan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saat ini. Dengan dukungan e-commerce, tujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kekuatan ekonomi digital terbesar di kawasan, atau bahkan di dunia, merupakan hal yang sangat mungkin untuk dicapai.
Indonesia E-Commerce Summit & Expo (IESE)
IDEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia) dan Dyandra Promosindo akan menggelar “Indonesia E-Commerce Summit & Expo (IESE)” yang mengangkat tema “The New Digital Energy of Asia”, akan diselenggarakan pada tanggal 27–29 April mendatang di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD, Tangerang. Sebagai forum pertemuan bergengsi para pemangku kepentingan industri, Summit dan Workshop selama 3 hari ini akan menampilkan 72 pembicara baik dari lokal maupun internasional, Rudiantara – Menteri Kominfo RI, Thomas Lembong – Menteri Perdagangan RI, Triawan Munaf –Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Rajan Anandan – Managing Director Google SEA & India, Mitch Barns – Global CEO Nielsen, Nadia Tan – Head of SMB SEA Facebook, Nadiem Makarim – CEO & Founder GOJEK, Roger Egan – CEO & Co-Founder Redmart, dan masih banyak lagi, serta lebih dari 150 eksibitor yang bergerak di industri e-commerce.
IESE didukung oleh Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Ekonomi Kreatif dan KADIN. Harga tiket Summit senilai Rp. 4.000.000,- belum termasuk PPN, untuk full-access selama 3 hari dan harga tiket Workshop senilai Rp. 750.000,- belum termasuk PPN untuk akses harian. Tiket tersedia di www.iese.id