Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven adalah salah satu usaha dari Square Enix untuk kembali mempopulerkan franchisenya yang tertidur lama. Game ini sebetulnya sudah berusia setidaknya 31 tahun karena dirilis pada tahun 1993. Tidak hanya itu, Romancing SaGa 2 dulu juga hanya tersedia di Jepang saja.
Jadi bagaimana Square Enix memperlakukan game yang umurnya sudah lebih dari tiga dekade? Square Enix menunjuk Shinichi Tatsuke sebagai producer mengingat pengalamannya yang berhasil me-remake Trials of Mana. Proses pengerjaan berlangsung dari tahun 2021 dan sekarang di 2024, Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven rilis dalam format 3D.
Kebetulan Playcubic mendapatkan kesempatan untuk memainkan versi review Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven di PC. Jujur saja, ini adalah game SaGa pertama saya dan harapannya adalah game ini berhasil meyakinkan saya untuk menyukai franchise ini. Apakah bisa?
Pahlawan Menjadi Monster
Apa jadinya jika pahlawan yang dianggap sebagai panutan dan pelindung, justru malah menjadi ancaman utama? Inilah tema cerita yang diangkat oleh Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven. Diceritakan tujuh pahlawan legendaris atau Seven Heroes telah kembali, namun wujud dan kepribadian mereka sudah rusak. Kehadiran mereka membawa kekacauan yang membuat dunia Varennes tenggelam ke dalam kegelapan.
Dimulai dari kekaisaran Avalon, dimana Emperor Leon dengan putranya, Gerard harus berhadapan dengan salah satu dari ketujuh pahlawa yaitu Kzinssie. Ia melakukan dosa yang tak terampuni yaitu menyerang Avalon dan membunuh saudara Gerard yang bernama Victor.
Saat mempersiapkan serangan balik, Leon bertemu dengan seorang wanita misterius bernama Orieve. Pertemuan tersebut rupanya memiliki tujuan tertentu. Leon akhirnya gugur dalam pertempuran melawan Kzinsse yang menggunakan sihir Soulstealer, meninggalkan Gerard sendirian.
Pada momen inilah Orieve muncul dan menemui Gerard. Ia menjelaskan tujuan kedatangannya pada waktu bertemu Leon, yaitu memberikan kekuatan sihir bernama pewarisan atau inheritance kepada garis keturunan kekaisaran Avalon. Gerard akhirnya mengetahui bahwa ayahnya sengaja mengorbankan diri saat bertempur dengan Kzinsse untuk mendapatkan cara menangkal sihir Soulstealer. Pengetahuan ini lalu ia wariskan kepada Gerard dengan sihir Inheritance yang membuatnya bisa mengalahkan Kzinsse.
Begitulah awal cerita dari Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven. Sihir inheritance menjadi elemen utama dalam susunan cerita sekaligus mekanisme sentral. Pemain sebagai Emperor dari Avalon akan mewariskan pengetahuan dan kemampuan ke penerus berikutnya untuk melawan Seven Heroes yang tak terkalahkan.
Menurut saya untuk bagian prologue tentang Leon dan Gerard, cerita yang dibangun sudah cukup baik. Sayangnya setelah generasi mereka berakhir dan beralih ke penerus selanjutnya, alur cerita justru seperti terputus tengah jalan. Saya malah disuguhi cerita lain yang kurang menarik, meski masih berhubungan dengan ancaman dari Seven Heroes. Game juga tidak memberikan kesempatan bagi saya untuk mengenal lebih jauh siapakah karakter ini, tidak seperti Leon dan Gerard.
Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven juga memiliki fitur bernama Memories. Melalui fitur ini pemain bisa melihat potongan dari kehidupan masa lalu Seven Heroes. Fitur ini memberikan pemain informasi untuk mengetahui seperti apa karakter asli dari Seven Heroes, bagaimana mereka menjadi terkenal, dan akhirnya berubah menjadi penghancur.
Remake Grafis dan Visual
Sebagai game remake, satu pembaruan yang sangat kentara dari Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven adalah dari segi presentasi grafis dan visual. Varennes sekarang sudah dibuat dalam bentuk 3D sepenuhnya, memperluas skala setiap lokasi di dunia tersebut. Setiap kota dibuat secara detail, memiliki bangunan yang dapat dimasuki, lengkap dengan NPC yang dapat diajak bicara.
Developer juga memperhatikan secara teliti detail untuk model karakter. Desain karakter klasik yang bergaya sprite, beralih dengan mulus menjadi 3D dengan gaya anime. Hal ini juga diterapkan dalam desain monster, dimana monster yang dulunya sangat sederhana sekarang sudah memiliki kerangka 3D. Sosok monster dari Seven Heroes menurut saya adalah contoh desain dari monster yang patut diacungi jempol.
Untuk membuat Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven menjadi lebih imersif, karakter juga sudah memiliki voice actor. Ditambah lagi musik yang diaransemen ulang oleh Kenji Ito, membuatnya memiliki tema orkestra yang megah.
Tampilan Luar Berubah, Core Tetap Sama
Meski sudah dipoles ulang habis-habisan, developer tetap mempertahankan mekanik inti franchise SaGa. Sistem combat masih berbasis turn-based, peningkatan level karakter khas game RPG dihilangkan dan diganti menjadi technique dan weapon proficiency, kehadiran Glimmer yang membuat pemain dapat memperolah tehnik baru secara random dalam combat, dan poin LP yang dapat mengakibatkan karakter mati permanan jika habis.
Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven juga menghadirkan berbagai job class yang bisa dipilih, mulai dari yang sederhana seperti Archer sampai kompleks seperti Nereid. Setiap job class juga akan memiliki skill pasif yang dapat memberikan bonus tambahan untuk karakter yang menggunakannya. Mekanik Ini memberikan kebebasan kepada pemain uintuk membangun karakter favoritnya.
Timeline Adalah Kunci Dalam Combat
Dalam combat Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven berpegang pada dua mekanik, yaitu timeline dan United Attacks. Giliran untuk pemain dan musuh sekarang ditempatkan di bar untuk timeline. Kalian bisa melihat siapa yang bisa jalan lebih dulu. Jika ternyata itu adalah musuh, kalian bisa melakukan hal tertentu yang mempengaruhi giliran mereka. Misalnya melakukan serangan dengan efek Stun yang bisa membatalkan giliran musuh dalam satu putaran.
Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven juga memiliki mekanisme weakness. Setiap musuh akan memiliki setidaknya empat weakness yang pada awalnya tersembunyi dan harus diungkap oleh pemain. Jika berhasil mengeksploitasi kelemahan musuh, pemain dapat mengisi overdrive bar. Ketika bar ini penuh, pemain bisa melakukan serangan kombinasi atau United Attacks.
Ketika menggunakan United Attacks, karakter dapat menyerang tanpa memperhatikan posisi mereka di timeline. United Attacks bisa menghasilkan damage yang besar, namun penggunaannya juga membuat pemain rentan terhadap serangan balik musuh. Sekedar mengingatkan, combat di game ini bisa agak lama. Jadi jangan pernah menahan-nahan United Attacks. Ketika barnya penuh langsung gunakan supaya combat cepat selesai.
Developer juga menyempurnakan mekanisme yang sudah ada. Misalnya sekarang terdapat ikon lampu kecil di sebelah ability. Ikon ini merupakan pertanda jika ability tersebut berpeluang besar untuk memunculkan Glimmer. Fitur ini membuat pemain tidak perlu menebak-nebak lagi ketika ingin mempelajari skill baru.
Perluas dan Kembangkan Kekaisaran
Sebagai seorang kaisar, salah satu tugas pemain selain melawan Seven Heroes adalah mengembangkan kekaisaran. Ada dua hal yang akan pemain lakukan yaitu ekspansi dan pengembangan. Pemain dapat berkeliling ke seluruh wilayah Varennes untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh negara lain. Sebagai imbalannya, negara yang dibantu nantinya akan bergabung dengan kekaisaran.
Ekspansi ini juga merupakan bagian dari progress untuk melanjutkan main story. Pemain akan diberikan beberapa pilihan negara yang dapat bergabung dengan kekaisaran dan bebas menyelesaikannya dalam urutan yang diinginkan. Pemilihan ini juga akan berdampak dengan peristiwa yang bisa terjadi atau tidak, tergantung dengan urutan yang diambil.
Sambil berkeliling Varennes, pemain juga bisa menjalankan berbagai macam side-quest. Cerita sampingan ini dibuat dengan cukup baik karena memperkaya dunia di game. Misalnya, ada side-quest yang melibatkan putri duyung di mana pemain harus mengumpulkan bahan untuk membuat Mermaid Potion. Nantinya potion ini dapat digunakan untuk bernapas di bawah air, dimana pemain bisa menemukan dungeon rahasia berbentuk kapal karam.
Untuk pengembangan, di Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven pemain bisa membangun berbagai macam fasilitas di Avalon. Fasilitas ini adalah Smithy, Incantations Lab, Avalon Garden, dan Imperial University. Setiap fasilitas memiliki fungsi masing-masing. Misalnya di Imperial University pemain bisa mengikuti tes pengetahun tentang dunia di Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven. Jika berhasil, pemain bisa mendapatkan uang dan juga bahan-bahan untuk upgrade.
Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven Dari Segi Teknis
Saya memainkan Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven di PC dengan spesifikasi i5-9400F, GeForce RTX 3060, dan RAM 16GB. Selama memainkan gamenya, saya tidak pernah mengalami masalah teknis. Meski semua yang ada di dunia game sudah dirender dalam bentuk 3D, game ini tetap terbilang ringan. Mungkin karena Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven tidak menyajikan dunia open-world yang membutuhkan performa tinggi untuk memprosesnya.
Kesimpulan
Kesimpulan saya adalah Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven merupakan game remake yang ideal. Square Enix berhasil tidak hanya memperindah, tapi juga memperluas cakupan dari game dengan memanfaatkan teknologi zaman sekarang.
Struktur cerita yang terbuka memberikan kebebasan bagi pemain untuk menentukan nasib dari sang karakter utama. Sayangnya sistem ini juga menjadi kelemahan karena tidak semua karakter utama memiliki cerita yang engaging seperti bagian Leon dan Gerard. Mekanik Glimmer bagi saya juga memberikan kesenangan tersendiri, meski bagian combat secara keseluruhan masih kurang memuaskan dan cenderung monoton.
Untuk pemain baru seperti saya, Romancing SaGa 2: Revenge of the Seven merupakan entry yang tepat untuk berkenalan dengan franchise SaGa. Kedepannya jika Square Enix berniat untuk melanjut franchise ini, mereka hanya tinggal menyempurnakan lagi apa yang sudah ada dari game ini.