spot_img
HomeReviewReview Total War: Pharaoh (PC): Seluas dan Sekering Padang Pasir

Review Total War: Pharaoh (PC): Seluas dan Sekering Padang Pasir

Bagaimana rasanya menjadi seorang Pharaoh yang menguasai Mesir baik dari segi politik, keuangan, maupun militer? Total War: Pharaoh, game strategi buatan Creative Assembly akan memposisikan pemain sebagai seorang “calon Pharaoh” yang memiliki determinasi untuk menjadi penguasa Mesir.

Sega telah memberikan kesempatan saya untuk mencoba Total War: Pharaoh. Jujur saja saya agak kurang sreg dengan game ini karena berbeda dengan Total War: Warhammer yang saya sukai. Game ini bisa menjadi lebih kompleks, tapi pada sisi lain juga bisa lebih sederhana. Berikut adalah review lengkapnya untuk Total War: Pharaoh:

Antara Memilih Calon Pharaoh Atau Membakar Mesir

Total War: Pharaoh menceritakan tentang periode late bronze age di wilayah Mesir kuno. Pada masa itu Mesir sedang kehilangan sosok pemimpinnya yaitu Pharaoh. Momen ini lalu menyebabkan kelompok-kelompok yang ada di Mesir saling memperebutkan kekuasaan dan memunculkan perang saudara alias civil war.

Ada tiga kelompok yang bisa dipilih pemain di Total War: Pharaoh. Ketiga kelompok ini adalah Ancient Egypt, Canaanite, dan Hittite Empire. Ketiga kelompok ini memiliki beragam pemimpin yang masing-masing memiliki gaya bermain sendiri. Misalnya dari Ancient Egypt ada Ramesses yang mempercayai bahwa dirinya adalah pewaris sesungguhnya untuk tahta Pharaoh. Untuk mendapatkan mimpi itu, Ramesses memiliki pasukan yang terdiri dari pasukan elite Mesir.

Sebaliknya Irsu dari Canaanite adalah seorang penjarah yang hanya ingin melihat Mesir terbakar. Ia memiliki pasukan kelas berat dan dapat merekrut dengan cepat karena sesuai dengan karakteristiknya sebagai seorang penjarah.

Ketika Mesir sedang dilanda perang saudara, Hittite Empire justru memanfaatkan momen tersebut untuk membangun dinastinya sendiri. Kalian bisa memilih antara Suppiluliuma yang hanya ingin hidup dalam damai, atau Kurunta yang haus akan pertempuran.

Menjadi Penguasa Padang Pasir

Total War: Pharaoh adalah game strategi dengan lebih banyak sisi manajemennya. Pemain akan diminta untuk mengatur dan mengelola daerah yang dikuasai, mulai dari kota kecil, ibukota, sampai dengan outpost. Setiap daerah memiliki tingkat kebahagiaan dan produktivitas. Kelalaian dalam merawat kedua hal tersebut dapat berakibat pemberontakan dan penurunan hasil sumber daya.

Total War: Pharaoh memiliki lima jenis sumber daya yaitu tembaga, emas, kayu, makanan, dan batu. Kelima jenis sumberdaya alam ini dapat digunakan untuk bermacam-macam aktivitas. Misalnya makanan, emas, dan tembaga untuk merekrut pasukan, lalu batu dan kayu untuk bahan dalam membuat bangunan.

Jika seandainya wilayah kalian tidak memproduksi salah satu dari sumber daya tersebut, kalian bisa mendapatkannya dengan melakukan barter dengan kelompok lain. Bisa juga lewat jalur yang lebih cepat yaitu perang dan menguasai daerah yang memiliki sumber daya yang diinginkan.

Setiap kelompok juga memiliki dewa dan dewi yang bisa disembah. Para dewa dan dewi ini akan memberikan buff kepada kelompok yang membangun kuil dan memuja mereka. Sayangnya dewa dan dewi ini tidak bisa memberikan kemampuan sihir pemujanya.

Perjalanan Panjang Menuju Tahta Pharaoh

Ketika memainkan Total War, kadang saya lupa dengan main objective yang diberikan. Pada Total War: Pharaoh, saya selalu diingatkan dengan tujuan utama game ini yaitu menjadi penguasa Mesir.

Untuk menjadi Pharaoh, pemain terlebih dahulu harus mendapatkan Legitimacy. Caranya adalah dengan menguasai daerah yang diberi nama Sacred Lands. Semakin banyak Sacred Lands yang dikuasai, maka kesempatan pemain untuk menantang Pharaoh akan semakin terbuka. Jika sudah tiba pada titik tersebut, pemain bisa menciptakan civil war. Pemenang dari civil war ini akan menjadi penguasa Mesir.

Setiap kelompok di Total War: Pharaoh akan memiliki yang namanya High Court. Jika kalian pernah menonton Game of Thrones dimana ada perwakilan dari keluarga-keluarga besar di lingkaran politik istana, High Court sama seperti itu. Kalian bisa menjatuhkan pemimpin lain demi mendapatkan posisinya, atau justru bekerjasama dengan membentuk koalisi. Namun ingat, pada akhirnya hanya akan ada satu pemimpin yang bisa menjadi Pharaoh.

Cara lainnya adalah dengan membangun Landmark atau marka tanah. Semakin banyak Landmark yang dibangun, semakin banyak pula pengaruh yang didapat dan pengakuan karakter kalian sebagai Pharaoh juga akan semakin kuat.

Sistem inilah yang membedakan Total War: Pharaoh dengan Total War: Warhammer. Jika di Total War: Warhammer main objective biasanya hanya mengalahkan kelompok tertentu atau menguasai wilayah yang ditentukan. Pada Total War: Pharaoh kemenangan tidak hanya bisa diperoleh dari medan pertempuran, melainkan juga bisa melalui jalur diplomasi dan politik.

Pertempuran Kolosal Hadir

Salah satu ciri khas dari game Total War adalah pertempuran tingkat kolosal, dimana pemain mengendalikan pahlawan dengan ratusan pasukannya untuk bertarung dengan pahlawan lain. Setiap kelompok akan memiliki tipe pasukan yang berbeda-beda, meski desainnya kurang lebih hampir sama semua.

Jika dibandingkan dengan Total War: Warhammer, menurut saya pertempuran di Total War: Pharaoh ini agak kurang seru. Total War: Pharaoh tidak memiliki unit tipe artileri yang memiliki serangan jarak jauh dengan damage besar. Sebaliknya, pertempuran di Total War: Pharaoh justru didominasi oleh pasukan jarak dekat dan pasukan berkuda. Untuk serangan jarak jauh hanya ada unit tipe archer saja.

Saya yang sudah terbiasa dengan serangan sihir di Total War: Warhammer juga merasa agak canggung di Total War: Pharaoh. Fitur ini tidak tersedia di Total War: Pharaoh dan menurut saya membuat pertempuran menjadi agak membosankan.

Tapi bagi kalian yang lebih menyukai realisme, mungkin akan lebih menyukai pertempuran di Total War: Pharaoh. Pahlawan dan beberapa pasukan kadang memiliki kemampuan khusus, tapi sangat sederhana. Kemampuan ini hanya berupa pengaturan formasi atau menaikkan dan menurunkan attribut lawan.

Total War: Pharaoh juga memiliki mekanik outpost yang bisa dibangun di sekitar kota. Outpost ini berfungsi sebagai pemberi buff untuk kota maupun pasukan pemain yang berada di wilayah yang sama. Outpost bisa dibangun sebagai shrine, fort, dan lain-lain. Fitur ini cukup membantu saya saat akan bertarung dengan pasukan musuh atau mempertahankan kota.

Sebelum bertarung, pemain juga bisa memanfaatkan cuaca di medan pertempuran. Misalnya jika sedang ada badai pasir, pemain bisa memilih untuk menunda pertempuran ke keesokan hari agar badai reda, atau bisa juga memanfaatkan kondisi cuaca itu. Karena ada beberapa pemimpin dan pasukan yang akan mendapatkan bonus jika digunakan saat badai pasir.

Jangan lupakan juga mekanik upkeep. Setiap pahlawan dan pasukan yang pemain punya akan memiliki biaya upkeep. Biaya ini akan diambil secara otomatis setiap turn. Semakin besar dan kuat pasukan yang dimiliki, akan semakin besar pula biaya upkeep-nya. Mekanik ini harus dijadikan perhatian oleh setiap pemain baik itu yang sudah veteran maupun pendatang baru.

Pendapat saya tentang mekanik upkeep di Total War: Pharaoh bisa dibilang cukup brutal. Pada awal permainan ketika sumber daya masih terbatas, menjaga agar biaya upkeep tetap stabil cukup sulit. Apalagi AI musuh tidak memiliki limitasi upkeep seperti saya sehingga bisa bebas membuat pasukan sebesar dan sebanyak apapun.

Total War: Pharaoh dari Segi Teknis

Dari sisi grafis menurut saya Total War: Pharaoh memiliki kualitas grafik yang bisa dibilang biasa. Performa game ini ketika dicoba di PC saya yang memiliki spesifikasi CPU Ryzen 7 2700X, VGA GeForce RTX 4070 Ti, RAM 32GB dan SSD sangat lancar meski menggunakan setting high ke atas. Ukuran file Total War: Pharaoh juga tidak sebombastis Total War: Warhammer yang bisa menyentuh 100GB.

Kesimpulan

Berdasarkan pengalaman saya setelah memainkan Total War: Pharaoh selama lebih dari 10 jam, game ini lebih condong ke arah pengelolaan. Banyaknya variasi sumber daya memerlukan pengelolaan yang baik oleh pemain agar tidak boros. Ditambah lagi sistem politik yang mendalam membuat saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk berpikir bagaimana cara untuk menusuk musuh dari belakang, daripada mengajaknya bertempur di medan pertempuran.

Saya kurang merekomendasikan game Total War: Pharaoh untuk kalian yang ingin menikmati pertempuran kolosal. Game ini lebih cocok bagi mereka yang ingin berpikir dan menyusun siasat.

*Game untuk review disediakan oleh publisher

REVIEW OVERVIEW

Visual & Grafis
Storyline
Gameplay
Sound (Soundtrack & sound effect)
Replay Value
Aryo
Aryo
Editor Playcubic. Gamer dengan cita-cita punya PC kelas dewa. Disamping PCnya ada PS5 dan Xbox Series X
RELATED ARTICLES

Terpopuler

Bagaimana rasanya menjadi seorang Pharaoh yang menguasai Mesir baik dari segi politik, keuangan, maupun militer? Total War: Pharaoh, game strategi buatan Creative Assembly akan memposisikan pemain sebagai seorang "calon Pharaoh" yang memiliki determinasi untuk menjadi penguasa Mesir. Sega telah memberikan kesempatan saya untuk mencoba Total...Review Total War: Pharaoh (PC): Seluas dan Sekering Padang Pasir