spot_img
HomeReviewReview Live A Live: RPG yang Sederhana dan Cepat Tamat

Review Live A Live: RPG yang Sederhana dan Cepat Tamat

Salah satu kendala dari gamer ketika akan mencoba RPG pertama kali adalah takut dengan kontennya. RPG dikenal memiliki segudang konten, dari yang penting sampai yang tidak penting. Live A Live, RPG kepunyaan Square Enix justru sebaliknya. Meski genrenya RPG, game ini tidak ribet, mudah dimengerti, plus bisa cepat ditamatkan.

Live A Live sendiri sebetulnya bukanlah game baru. Game ini merupakan versi remake dari RPG klasik yang dulu hadir di konsol jadul SNES. Pada tahun 2022 versi remake game ini dirilis di Nintendo Switch. Barulah pada tahun 2023 versi PS5, PS4, dan PC dirilis. Hal yang luar biasa adalah versi remake ini juga dikerjakan oleh pencipta dari game original Live A Live, Takashi Okita.

Kebetulan saya mewakili Playcubic mendapat kesempatan untuk mereview Live A Live versi PC. Bagaimana kesan yang didapat? Simak reviewnya berikut ini.

Cerita Dari Delapan Masa yang Berbeda

Live A Live memiliki cerita yang unik. Game ini tidak berdasarkan satu cerita saja. Melainkan delapan cerita dari rentang waktu berbeda. Setiap cerita juga akan memiliki karakter utamanya sendiri.

Berikut adalah delapan cerita yang bisa kalian pilih di Live A Live:

  • Prehistory: The First dengan karakter utama Pogo
  • Imperial China: The Successor dengan karakter utama Shifu
  • Twilight of Edo Japan: The Infiltrator dengan karakter utama Oboromaru
  • The Wild West: The Wanderer dengan karakter utama Sundown Kid
  • Present Day: The Strongest dengan karakter utama Masaharu Takahara
  • The Near Future: The Outsider dengan karakter utama Akira Tadokoro
  • The Distant Future: The Mechanical Heart dengan karakter utama Cube
  • The Middle Ages: The Lord of Dark dengan karakter utama Oersted

Alur dari masing-masing cerita mudah untuk dimengerti dan diikuti. Tapi biasanya ada plot twist yang tersembunyi di dalamnya. Spoiler alert! misalnya cerita tentang kebangkitan The Lord of Dark di cerita Middle Ages. Ternyata identitas The Lord of Dark ini adalah karakter pemain sendiri.

Cerita lainnya misalnya The Successor dari Imperial China justru mirip dengan cerita di film-film Kung-fu tentang seorang guru beladiri yang sedang mencari penerus ajarannya. Ada juga cerita yang mirip dengan film Aliens dari The Mechanical Heart di The Distant Future. Tidak semua cerita dari game ini mungkin bisa kalian terima. Tapi setidaknya pasti ada salah satu yang sesuai dengan selera kalian.

Kalian bisa memilih cerita mana yang ingin kalian mainkan lebih dulu dan setelah selesai bisa memainkan cerita yang lainnya. Jika ternyata ceritanya tidak sesuai, kalian juga bisa berhenti di tengah jalan dan pindah ke cerita yang lain. Dari pengalaman saya bermain tidak perlu waktu lama untuk menamatkan satu cerita. Setidaknya perlu 45 sampai 60 menit jika kalian memainkannya terus tanpa berhenti.

Hal yang cukup mengagetkan dari cerita Live A Live adalah siapa sangka di game seperti ini, Square Enix berani menyisipkan elemen yang bisa dibilang cukup vulgar. Mulai dari kata-kata kotor sampai joke yang menjurus ada di game ini. Saya jamin kalian pasti akan kaget ketika melihatnya sendiri.

Grafis Ala Octopath Traveler dan Hal-Hal Baru Lainnya

Grafis yang ditampilkan dalam versi remake Live A Live remake menggunakan gaya dan desain dari Octopath Travler. Gaya ini menggabungkan desain sprite dengan 3D yang dinamakan HD-2D. Hadir dengan tampilan baru, game ini terlihat lebih segar tapi tetap setia dengan unsur originalnya.

Hal yang perlu saya ingatkan adalah gaya game HD-2D seperti ini Live a Live tidak untuk semua orang. Mungkin untuk gamer zaman sekarang yang sudah biasa dimanjakan oleh game AAA, gaya HD-2D pasti akan dianggap kurang menarik.

Perubahan lain yang dimiliki Live A Live versi remake adalah desain karakter yang dibuat ulang. Tidak hanya pada bagian potret karakter saja yang berubah, tapi juga desain karakter secara keseluruhan. Soundtrack dari Live A Live remake juga merupakan hasil aransemen ulang tapi tetap tidak menghilangkan unsur originalnya. Beberapa karakter juga sudah memiliki voice actor di Live A Live versi remake.

Gameplay Cukup Sulit

Live A Live menggunakan sistem turn-based. Agar karakter kalian bisa mengeluarkan skill saat bertarung adalah menunggu sampai action barnya penuh. Hal yang membuat unik adalah sistem grid.

Kalian bisa dengan bebas menggerakkan karakter kalian saat bertarung asalkan sesuai dengan grid yang ada. Grid ini juga merupakan penentu dari skill yang akan digunakan. Jika musuh berada di grid yang sesuai dengan skill, maka skill bisa digunakan.

Meski kelihatannya sederhana, gameplay ini cukup sulit untuk dikuasai. Selain itu beberapa pertarungan seperti boss battle akan menempatkan kalian dalam situasi yang sulit. Boss memiliki daya serang gila-gilaan dan satu-satunya cara agar karakter kalian tidak mati kena one-hit kill adalah tahu grid mana yang tidak masuk ke jangkauan serangan.

Sistem experience point untuk menaikkan level karakter juga ada di game ini. Namun menurut saya sistem ini tidak terlalu penting. Sebabnya game ini tidak memiliki random encounter seperti RPG biasanya. Kebanyakan adalah scripted battle yang tidak bisa diulang kembali setelah selesai.

Live A Live Dari Segi Teknis

Spesifikasi Live A Live versi PC tergolong ringan. Saya memainkan Live a Live dengan PC i5-9400F, GeForce RTX 2060, dan RAM 16GB. Sama sekali tidak ada masalah ketika memainkan gamenya. Kalian juga bisa bebas mau memainkannya dengan keyboard atau controller karena menurut saya keduanya tidak memiliki perbedaan.

Replay Value

Dari segi replay value kalian akan mengulang Live A Live setidaknya sampai delapan kali untuk bisa menamatkan semua cerita. Tentunya ada alasannya kenapa semua cerita harus diselesaikan semua.

Kesimpulan

Ingin memainkan game RPG yang sederhana dan cepat ditamatkan? Live A Live adalah jawabannya. Syaratnya hanya satu, kalian tidak keberatan untuk melihat game dengan grafis HD-2D alias “jadul-kekinian”.

Buat kalian yang dulu memainkan gamenya di SNES, versi remake ini juga bisa sebagai ajang nostalgia. Dulu mungkin kalian mainnya masih di konsol SNES dengan TV tabung, sekarang sudah lewat PC pakai monitor HD 4K pula.

REVIEW OVERVIEW

Visual & Grafis
Storyline
Gameplay
Sound (Soundtrack & sound effect)
Replay Value
Aryo
Aryo
Editor Playcubic. Gamer dengan cita-cita punya PC kelas dewa. Disamping PCnya ada PS5 dan Xbox Series X
RELATED ARTICLES

Terpopuler

Salah satu kendala dari gamer ketika akan mencoba RPG pertama kali adalah takut dengan kontennya. RPG dikenal memiliki segudang konten, dari yang penting sampai yang tidak penting. Live A Live, RPG kepunyaan Square Enix justru sebaliknya. Meski genrenya RPG, game ini tidak ribet, mudah...Review Live A Live: RPG yang Sederhana dan Cepat Tamat