Coral Island, game farming simulation buatan developer Indonesia Stairway Games bisa mulai dicoba. Buat kamu yang mungkin belum tahu, tahap Early Access Coral Island sudah dibuka di Steam sejak tanggal 11 Oktober kemarin. Buat yang berlangganan Xbox Game Pass lebih asyik lagi karena bisa memainkan game ini gratis!
Saya sendiri mendapat kesempatan untuk menjajal game ini lewat Xbox Game Pass. Lalu bagaimanakah kesannya? Terlepas dari segala ‘kontroversinya’, menurut saya Coral Island adalah game yang cukup solid baik dari segi grafis maupun gameplay. Jika developer terus memolesnya, Coral Island bisa menjadi saingan dari para raksasa farming simulation.
Kesan dari Coral Island: Grafis Menarik Tapi Masih Banyak Bug
Hal yang paling berkesan bagi saya saat memainkan Coral Island adalah grafisnya. Dibuat dengan Unreal Engine, Coral Island menghadirkan tingkat visual dan grafis yang atraktif. Dunia yang dihadirkan dalam game tidak terlihat kaku, penuh warna, dan terkesan kekinian.
Saya paling suka ketika harus berkunjung ke kota Starlet Town untuk belanja atau bersosialisasi. Kenapa? Saya suka dengan desain yang digunakan oleh developer untuk merancang bagian kota di game ini.
Berdekatan dengan dermaga terdapat hotel yang digunakan sebagai tempat menginap turis. Tidak jauh terhampar pantai lengkap dengan tempat peminjaman papan surfing dan juga bar. Lebih ke dalam lagi akan dijumpai tempat-tempat kekinian seperti minimarket, salon, bahkan foodtruck. Starlet Town juga memiliki museum dan gedung pemerintahan yang bentuknya agak bergaya kolonial.
Developer juga tidak lupa untuk tetap memasukkan unsur Indonesia dalam game ini. Pada beberapa rumah misalnya terdapat bagian atap melengkung yang merupakan ciri khas ornamen rumah dari Indonesia. Ada juga bagian alun-alun kota yang namanya juga tetap menggunakan bahasa Indonesia yaitu Alun-Alun Square.
Desain karakter di game Coral Island juga mengikuti gaya yang ada sekarang. Kamu bisa bertemu dengan seorang dokter yang tatoan, sosialita yang hobinya ke salon dan update media sosial, pegawai IT yang bekerja WFA, dan masih banyak lagi. Coral Island juga memiliki ‘kembang desa’ tapi saya akan biarkan kamu yang menemukannya sendiri. Bisa dibilang semua NPC di Coral Island adalah cantik dan ganteng.
Nah dari segi gameplay sebaliknya, jangan terlalu berharap banyak dari Coral Island. Sistem dan mekanik yang ada di game ini sudah banyak digunakan di game farming simulation yang lain.
Memacul tanah, lalu menebar bibit tanaman, dan disiram. Setelah tumbuh dipanen dan dijual. Lalu memancing ikan, menangkap serangga, memelihara sapi, crafting, membangun rumah berkenalan dengan warga di Starlet Town. NPC yang cantik atau ganteng terus diberikan hadiah supaya love meter-nya naik dan bisa diajak menikah. Jenis mekanik-mekanik seperti ini bukan lagi hal yang baru.
Saya beberapa kali merasa de javu saat memainkan Coral Island akibat mekaniknya. Ternyata sebabnya adalah mekanik tersebut juga ada di Stardew Valley. Mungkin inovasi baru yang berbeda di Coral Island adalah diving. Kamu bisa menyelam untuk membersihkan sampah yang mencemari dasar laut.
Karena masih berstatus Early Access, Coral Island masih memiliki banyak bug dan juga konten yang belum selesai. Jadi jangan ngamuk jika mendadak ada NPC yang hilang wajahnya, item yang tidak memiliki deskripsi, atau lebih parah data save-mu mendadak hilang seperti kasus yang saya alami. Ini bisa menjadi pertimbangan bagimu untuk memainkan Coral island sekarang, atau nanti setelah game tersebut rampung sepenuhnya.
Sambil berjalannya waktu developer akan terus membenahi Coral Island dengan update-update baru. Tentu harapan kita sebagai gamer adalah masalah-masalah tersebut akan hilang karena telah dibetulkan. Coral Island pun bisa menjadi game sempurna dan sesuai harapan gamer.
Jadi bagaimana menurutmu setelah menyimak review singkat Tim Playcubic? Tertarikkah untuk menjajal Coral Island?