spot_img
HomeBerita GamePrey of the Gods: Ketika Semut Berhadapan dengan Raksasa

Prey of the Gods: Ketika Semut Berhadapan dengan Raksasa

Kamu masih ingat dengan game Shadow of the Colossus? Ketika pertama kali muncul di PS2 pada tahun 2005 game ini langsung menjadi buah bibir. Konsep yang ditawarkan dalam Shadow of the Colossus ini benar-benar unik dan berbeda dengan game-game lainnya. Dalam game ini kamu ditantang untuk mengalahkan monster raksasa. Satu-satunya cara untuk mengalahkan monster-monster ini adalah dengan memanjat bagian tubuhnya lalu menusuk bagian terlemahnya.

Shadow of the Colossus

Sayangnya kesuksesan game ini tidak berlanjut. Sony selaku developer dari game tersebut tidak memiliki rencana untuk membuat sekuel atau menciptakan game baru dengan konsep yang sama. Sekarang kita sudah berada di tahun 2016. Sudah 11 tahun lamanya semenjak kemunculan Shadow of the Colossus. Apakah ini artinya game tersebut benar-benar sudah ‘mati’? Untung saja tidak.

Prey of the Gods adalah game yang disebut-sebut sebagai penerus dari Shadow of the Colossus. Game yang digarap dengan Unity engine ini dibuat oleh developer indie bernama No Matter Studios. Prey of the Gods juga telah muncul di situs Kickstarter. Saat ini tim pengembang game Prey of the Gods telah mengantongi $ 340.303 dari target awalnya $ 300.000. Untuk lebih jelasnya, kamu bisa langsung mengunjungi halaman Kickstarter Prey of the Gods di sini.

Prey of the Gods hungry giant

Meskipun berstatus sebagai studio game indie, kru dari No Matter Studios merupakan orang-orang yang berpengalaman dalam industri game. Director dari Prey of The Gods yaitu Brian Parnell sebelumnya bekerja sebagai developer game dari studio Iron Lore. Studio game ini terkenal dengan game-game isometricnya seperti Titan Quest. Selain itu Parnell juga sempat bergabung dengan Harmonix dan terlibat dalam pengembangan game Rock Band.

Prey of the Gods extreme weather

Prey of the Gods menceritakan kisah dari seorang pahlawan yang ingin mengungkap misteri dibalik kemunculan musim dingin abadi. Dalam perjalanannya, pahlawan ini harus berhadapan dengan monster-monster raksasa. Alasan kenapa Prey of the Gods layak menjadi penerus dari Shadow of the Colossus bisa kamu lihat pada trailernya di bawah:

Gameplay dari Prey of the Gods sangatlah mirip dengan Shadow of the Colossus. Kamu akan berhadapan dengan monster raksasa yang tidak bisa dikalahkan dengan cara biasa. Satu-satunya cara untuk menjatuhkannya adalah dengan memanjat tubuh monster tersebut dan mencari titik lemahnya. Selain terinspirasi dari Shadow of the Colossus, No Matter Studios juga mengakui bahwa Prey of the Gods juga mengambil konsep dari game FTL: Faster Than Light, Deus EX, DayZ dan Bloodborne.

Selain pertarungan dengan monster raksasa, Prey of the Gods juga memiliki unsur survival. Musim dingin merupakan musuh kedua yang harus dihadapi. Agar tidak mati kedinginan, kamu harus membuat api unggun untuk membuat badan karakter kamu tetap hangat. Selain itu kamu juga harus mencari makanan yang bisa dimakan oleh karakter kamu. Cuaca dalam game Prey of the Gods juga tidak selalu sama. Ada siang hari adapula malam hari.

Prey of the Gods creating bonfire

Prey of the Gods clear skies

Lalu dimanakah Prey of the Gods ini nantinya akan dirilis? Prey of the Gods akan tersedia di konsol yaitu PS4 dan Xbox One serta PC melalui Steam. Rencananya Prey of the Gods baru akan dirilis pada bulan Desember 2017 mendatang.

Kira-kira bisakah Prey of the Gods memuaskan para gamer yang telah kehilangan Shadow of the Colossus?

Aryo
Aryo
Editor Playcubic. Gamer dengan cita-cita punya PC kelas dewa. Disamping PCnya ada PS5 dan Xbox Series X
RELATED ARTICLES

Terpopuler