spot_img
HomeBerita GameReview : Valthirian Arc: Hero School Story, RPG Dicampur Simulasi Ternyata Asik...

Review : Valthirian Arc: Hero School Story, RPG Dicampur Simulasi Ternyata Asik Juga

Pada awalnya saya sempat bingung ketika pertama kali memainkan Valthirian Arc: Hero School Story tanpa lebih dulu membaca deskripsi game ataupun membaca artikelnya disejumlah media online. Genre apa sih sebenarnya yang diusung oleh game besutan Agate, studio game yang bermarkas di Bandung ini? Bagaimana tidak bingung, pada awal permainan tampilan awal membuat saya hampir yakin bahwa ini adalah game bertema visual novel, lalu tidak lama gameplay berubah menjadi mode RPG dan terakhir malah berubah menjadi game simulasi membangun akademi! Luar biasa, pusing tapi kok makin penasaran.

Semakin masuk lebih dalam menggentayangi game ini dan membaca artikelnya di sana-sini, akhirnya saya sadar bahwa game ini mengandung unsur hybrid. Yap, Valthirian Arc: Hero School Story ternyata memang memadukan dua genre sekaligus yaitu tactical RPG adventures dan simulation. Jika kalian pernah memainkan game The Legend of Zelda atau setidaknya Oceanhorn, kalian pasti akan mudah untuk menyukai dan terbiasa dengan gameplay Valthirian Arc: Hero School Story, terutama saat masuk dalam misi RPG adventures-nya.

Singkat kata, dalam game ini kalian berperan sebagai kepala sekolah yang baru saja diangkat. Tugas gamer dalam game Valthirian Arc: Hero School Story adalah membangun dan mengelola sekolah untuk melatih para pahlawan, penyihir dan juga petualang masa depan. Dalam game ini gamer bisa menemukan tiga inti job dengan enam sub-kelas khusus yaitu Knight, Magi, Scout, Arc Draconus, Arquebusier, Scholarsage, Harlequin, Paladin dan Medica. Saat pertama kali bermain kita akan disambut oleh karakter bernama Jeanne, lalu lambat laun cerita akan bergulir dengan penuh drama dan intrik antara para ratu.

Game ini memperbolehkan kita menentukan nama akademi, memilih frame, background dan juga simbol sendiri. Pada awal permainan kita juga akan diperkenalkan dengan 4 karakter yang diantaranya adalah memiliki job Knight bernama Peter dan Mage mage bernama Amaria. Hal yang paling saya suka dalam game ini adalah saat kita masuk ke area tertentu untuk menyelesaikan misi, karena gameplaynya sangat natural dan tidak membosankan. Kita bisa menebas tong kayu, rumput dan tentu saja monster yang sebagian besar nampak imut. Semua hal seru dalam sistem pertarungan terlihat manis karena dipadukan dengan model karakter imut alias chibi.

Klik untuk memperbesar gambar

Saat masuk ke mode pertarungan di area map ataupun dungeon, kita bisa memilih Tactical mode sendiri yang terdiri dari Defensive (menaikkan pertahanan namun menurunkan daya serang), Aggressive (kebalikan dari Defensive) dan juga Focus (Meningkatkan kecepatan serang). Untuk Tactical Mode ini saya lebih menyukai mode Focus. Saat sedang bertarung dengan anggota party lainnya (total ada 4 karakter dalam 1 party), kita bisa mengganti-ganti karakter game sesuka hati. Mengganti karakter berguna saat karakter yang kita gunakan sudah terpakai skill khususnya dan skill tersebut masuk dalam masa cool down. Sambil menunggu skill muncul lagi, kita bisa mengganti karakter lain dan menggunakan skill karakter tersebut.

Hm… gameplay RPG terus yang dibahas, bagaimana dengan simulasinya? Untuk ini saya tidak bisa menceritakan banyak hal, karena memang biasa saja dan saya kurang menyukainya. Dalam mode simulasi kita bisa membuat bangunan sekolah, ruangan sekolah, memasukkan murid baru, meluluskan murid (setelah minimal level 10), membuat senjata dan aksesoris, merubah job karakter (minimal lvl 10 dan sudah punya bangunan serta mentornya) dan banyak lagi lainnya yang sifatnya tinggal “pencet tombol” saja. Intinya saat masuk dalam mode simulasi, jangan lupa untuk memeriksa Principal Task dan jangan lupa pula mengambil rewardnya. Oh iya, jika kita berhasil meluluskan murid dalam waktu pas, kita akan mendapatkan reward yang lumayan besar lho! Jadi jangan lupa luluskan murid-murid kalian yah 😀

Klik untuk memperbesar gambar

Untuk sisi grafis dan kontrol game, saya tidak merasa ada yang perlu dikritik, namun untuk musik saat di map pertarungan, saya kadang mendengar musik yang mengalun seperti diulang-ulang. Ini hanya perasaan saya atau memang kuping dan otak saya yang kurang sinkron?

Nah, masuk ke kesimpulan. Kalian yang ingin mencoba game dengan genre campuran dan suka dengan game berkarakter imut-imut plus setting zaman dimana Knight, Mage dan para monster masih eksis, game ini patut untuk kalian coba. Agate meramu game ini dengan cukup bumbu dan rasa yang asik, tidak terlalu ringan, tapi juga tidak terlalu berat. Oh iya, game ini sempat masuk ke dalam posisi game terlaris ke dua di Steam wilayah Inggris lho! Sekarang game ini juga masih didiskon sebesar 10 persen untuk versi Steam-nya. Jadi untuk kalian yang penasaran dan tidak percaya dengan review ini, silahkan coba sendiri deh.

Akhir kata, selamat bermain dan perpetualang.

*Saya memainkan versi PS4-nya

REVIEW OVERVIEW

Graphics
Gameplay
Storyline
Weez
Weez
Doyan Nongkrong di Warung Kopi | Random Boy | Sedang Belajar
RELATED ARTICLES

Terpopuler

Kalian yang ingin mencoba game dengan genre campuran dan suka dengan game berkarakter imut-imut plus setting zaman dimana Knight, Mage dan pada monster masih eksis, game ini patut untuk kalian coba. Agate meramu game ini dengan cukup bumbu dan rasa yang asik, tidak terlalu ringan, tapi juga tidak terlalu berat. Review : Valthirian Arc: Hero School Story, RPG Dicampur Simulasi Ternyata Asik Juga