Microtransaction, loot box, semua itu jahat! Inilah yang ada dipikiran gamer saat ini.
Star Wars: Battlefront II adalah contoh bagaimana fitur tersebut bisa membuat game yang seharusnya berkualitas malah hancur berkeping-keping. Sudah harganya mahal, masih ditagih pula oleh konten berbayar di dalam. Parahnya lagi, ada beberapa konten yang ternyata mempengaruhi permainan dan merusak balance dalam game. Siapakah publisher di belakang Star Wars: Battlefront II? Pasti kamu sudah tahu jawabannya.
Terlepas dari busuknya microtransaction, ternyata fitur ini memiliki manfaat. Kita kadang melewatkannya karena sudah berpikir negatif lebih dulu.
Director dari game Overwatch, Jeff Kaplan pernahmengatakan jika fitur microtransaction dan loot box berada di antara sisi yang baik dengan yang buruk. Jika dieksploitasi hasilnya akan buruk. Tapi, ada juga yang sama sekali tidak menganggu permainan. Ada benarnya apa yang dikatakan oleh Kaplan.
Kira-kira apa saja manfaatnya?
Mempersingkat waktu
Tidak semua orang punya waktu untuk grinding seharian. Kita semua punya aktivitas yang lebih penting daripada bermain game, seperti pergi sekolah/kuliah, bekerja, atau bersosialisasi dengan orang lain. Inilah dimana microtransaction bisa sangat membantu. Cukup dengan membayar sejumlah uang, kamu bisa langsung mengejar ketertinggalan sekaligus mempersingkat waktu.
Contohnya di game World of Warcraft (WOW). Sekarang pemain bisa langsung membuat karakternya mencapai level maksimum dengan membayar sejumlah uang. Kembali lagi, tidak semua orang memiliki waktu atau suka untuk grinding. Nah dengan adanya microtransaction ini, pemain bisa menghindari proses tersebut.
Membuat kita ingat: “Hidup itu tidak hanya sekedar main game,”
Apa kamu tahu fitur energi yang biasa ada dalam game mobile? Jika energi ini habis, kamu tidak bisa melakukan apa-apa lagi? Jalannya hanya ada dua. Pertama, kamu bisa mengisi energi di in-game shop, atau kamu bisa berhenti memainkan game tersebut sampai energi terisi kembali.
Menurut penulis, sebaiknya kamu mengambil pilihan kedua. Berhenti bermain game untuk beristirahat dan melakukan aktivitas lain yang lebih berguna.
“Enggak bisa! Gamenya seru kok malah disuruh berhenti main?” Mungkin gamenya memang seru, tapi jika main terus-terusan tanpa kenal batasan waktu kamu sendiri yang bakal rugi.
Bisa dapat barang gratis
Ingin membuat konsumen membeli barang anda? Bagikanlah sample menarik secara gratis untuk menarik perhatian mereka. Barangkali inilah yang melatarbelakangi sistem loot box dan gacha.
Overwatch adalah salah satu contoh dari game yang menggunakan loot box. Kotak ini bisa diperoleh dengan gratis. Syaratnya adalah menyelesaikan progress atau quest tertentu. Jika ingin cepat, pemain bisa langsung membayar sejumlah uang. Untuk apa bayar jika bisa dapat gratis, betul tidak.
Namun, sistem loot box ini tidak sepenuhnya bagus. Malahan ada yang menganggap jika loot box itu adalah judi yang dikamuflase. Pemain tidak bisa menentukan apa yang akan didapat di dalam loot box. Semuanya ditentukan oleh mesin.
Saran penulis adalah ingat jika bukan kostum yang menentukan kehebatanmu, tapi skill.
Biasanya free to play
Game yang menggunakan microtransaction sebagian besar adalah game F2P. Kamu baru akan dimintai uang jika ingin mengakses konten-konten tambahan.
Saran penulis coba dulu keseluruhan gamenya sebelum memutuskan untuk membeli in-game item atau tidak. Lagipula jika bosan, masih banyak game F2P lain yang bisa dicoba.
Membantu developer untuk terus mengembangkan gamenya
Game online memperlukan biaya maintenance yang tidak murah. Artinya tim developer harus terus memonitor game tersebut dan memastikan para gamer tetap betah memainkannya. Bagaimana semua itu bisa berjalan jika tidak ada uang? Disinilah peran microtransaction.
Jadi, jangan hanya berpikir jika microtransaction hanya menguntungkan developer. Kamu sebagai pemain juga diuntungkan karena gamenya akan terus dirawat oleh tim developer.
Well, mudah-mudahan artikel ini bisa sedikit mencerahkan pikiranmu tentang microtransaction dan loot box. Fitur ini tidak selalu jelek, tapi juga ada positifnya. Semuanya kembali lagi kepada dirimu sendiri untuk berpikir secara logis dalam membuat keputusan.