Hellblade bisa diibaratkan sebagai momen penebusan dosa bagi Ninja Theory. Masih ingat dengan game DmC: Devil May Cry yang menampilkan emo Dante? Ya, game tersebut merupakan karya dari Ninja Theory. Dianggap mencoreng image dari Dante, Ninja Theory dihina, dihujat, dan akhirnya menghilang sampai pada tahun 2017 ini dimana developer asal Inggris tersebut merilis Hellblade: Senua’s Sacrfice. Apakah dosa mereka bisa dimaafkan dengan game barunya ini?
Proses pembuatan Hellblade memakan waktu yang cukup lama. Game ini diumumkan pertama kali pada tahun 2014 dan baru rampung di tahun 2017. Ninja Theory mengklaim jika game ini akan menjadi terobosan baru, yaitu indie AAA. Selama ini game AAA hanya dibuat oleh studio besar, bukan studio indie seperti Ninja Theory.
Ciri khas utama dari game AAA adalah tampilan grafisnya yang aduhai dan sangat memanjakan mata. Hellblade pun sama. Apa yang diperlihatkan dalam trailer sesuai dengan yang ada di dalam game. Digarap dengan Unreal Engine 4, visual dari dunia Hellblade terlihat menakjubkan.
Untuk perbandingan, ini video perbandingan antara Hellblade versi PC dengan PS4. Kedua versi game terlihat tidak jauh berbeda:
Selama permainan, kamu akan dibawa ke berbagai macam tempat, mulai dari pantai, reruntuhan kuil kuno, gua dan lain-lain. Ketika berada di tempat-tempat tersebut, kamu bisa merasakan vibe-nya. Misalnya ketika berada di reruntuhan bangunan, kamu bisa melihat cahaya masuk dari sela-sela atap yang rubuh.
Combat system dalam Hellblade cukup menjanjikan meskipun kurang lengkap. Karena tidak ada health bar, kamu harus bisa memperkirakan sendiri apakah kondisi Senua sudah gawat atau belum. Untuk gameplay, Hellblade menggunakan sistem hack and slash. Kamu bisa membuat serangan combo dengan mengkombinasikan light dan heavy attack. Ada juga kemampuan untuk mem-pary serangan musuh serta membuat semuanya menjadi slow motion.
Sayangnya variasi combo terbatas. Belum lagi fitur parry yang terlalu membuat manja. Kombinasi serangan di Hellblade adalah parry, serangan kombo, mundur, kembali lagi dari parry. Pola serangan ini memang seru di awal, tapi lama-lama malah menjadi monoton. Seandainya ada progression, Hellblade pasti akan lebih menarik. Tapi harus diingat, Hellblade: Senua’s Sacrfice adalah game story driven bukan action.
Selain combat, game ini juga memiliki elemen puzzle. Menyelesaikan puzzle dalam Hellblade adalah guilty pleasure. Pemain akan merasa frustasi karena sulitnya puzzle, tapi juga tertantang untuk menyelesaikannya. Rasanya Ninja Theory terinspirasi dengan puzzle yang ada di Resident Evil 7, atau justru sebaliknya? Sedikit bocoran, puzzle di game kebanyakan adalah cocoklogi.
Senua adalah karakter yang unik dari segi penampilan maupun karakteristiknya. Dibuat melalui motion capture dengan aktor sungguhan Melina Juergens, Senua terlihat hidup. Ninja Theory berhasil memperlihatkan sosok kesatria wanita yang tangguh tapi memiliki masalah mental.
Sedikit spoiler, Senua pada awalnya adalah orang biasa. Namun setelah melihat pasangannya dibantai oleh pasukan viking, Senua mengalami syok dan timbullah penyakit jiwa dalam dirinya. Ia jadi tidak bisa lagi membedakan yang mana realita dengan imajinasi. Ninja Theory sangat serius dalam menciptakan Senua. Developer bahkan sampai mempekerjakan ahli kejiwaan untuk membentuk karakternya.
Dalam permainan kamu akan mendengar suara-suara misterius, bayangan berbentuk orang, juga monster. Semuanya merupakan hasil dari halusinasi Senua. Ia percaya jika dirinya sedang bertempur dengan dewa asal Skandinavia demi menolong jiwa pasangannya. Apakah benar semua ini adalah imajinasi Senua? Atau jangan-jangan ia memang sedang bertempur dengan dewa? Pertanyaan inilah yang sebenarnya menjadi inti dari Hellblade.
Sayang alur cerita dari game ini membingungkan. Pada satu sisi pemain diajak untuk bersimpati kepada Senua. Namun karena alur ceritanya terlalu membingungkan, akhirnya perasaan tersebut justru tidak didapatkan. Untungnya pada bagian ending, semuanya akan menjadi lebih jelas meskipun gantung.
Kekurangan lain yang dialami Hellblade adalah masalah teknis. Pada bagian awal semuanya normal. FPS tetap stabil. Pada pertengahan game, FPS bisa mendadak turun dengan drastis. Game yang tadinya bisa dimainkan dengan 60 FPS, mendadak turun menjadi 30 FPS. Masalah ini sepertinya terjadi hanya pada gamer PC dan sudah ramai dibahas di forum. Seharusnya masalah ini bisa cepat diselesaikan dengan update baru.
Overall, Hellblade: Senua’s Sacrifice adalah game yang menjanjikan dalam hal visual, karakter dan puzzle. Ingin rasanya memberikan game ini status highly recommended, tapi Hellblade: Senua’s Sacrifice tidak bisa dinikmati oleh semua kalangan. Jika kamu mengharapkan game penuh action semacam God of War atau Heavenly Sword, game ini bukan untukmu.
*Hellblade: Senua’s Sacrifice yang direview adalah versi PC